Pengembang platform media sosial di bawah naungan Google, YouTube memblokir enam akun kontroversial. Alasannya, saluran-saluran itu dinilai identik dengan konten kebencian berbasis ras.
Akun yang dihapus yakni saluran Richard Spencer dan rasis pseudo-sains milik Stefan Molyneux. Spencer dikenal sebagai pendukung gerakan supremasi kulit putih di Amerika Serikat (AS). Ia juga mengklaim telah memperkenalkan istilah All Right atau Alternative Right terkait identitas warga kulit putih.
Sedangkan Molyneux juga disebut-sebut sebagai tokoh dibalik All Right. Ia juga identik dengan konten teori konspirasi, rasisme ilmiah, dan pandangan supremasi kulit putih di akun YouTube-nya.
Akun lain yang diblokir yakni channel afiliasi untuk National Policy Institute/Radix Journal, American Renaissance, AmRenPodcasts, dan David Duke. (Baca: Protes Konten Kebencian, BMW hingga Pepsi Tarik Iklan dari Facebook)
Duke merupakan mantan pemimpin Ku Klux Klan, kelompok yang memiliki keyakinan bahwa kulit putih merupakan ras terbaik. Ia sempat memuji Presiden AS Donald Trump dalam mengatasi unjuk rasa pada 2017, terkait Black Lives Matter dan Antifa.
Juru bicara YouTube menyampaikan, perusahaan memiliki kebijakan yang ketat terkait konten kebencian. “Kami menghentikan saluran apa pun yang berulang kali melanggar kebijakan itu,” kata dia dikutip dari TechCrunch, Selasa (30/6).
Perusahaan juga telah memperbarui pedoman terkait penanganan konten terkait supremasi ras. “Ada lonjakan lima kali lipat penghapusan video, dan kami telah menghentikan lebih dari 25 ribu channel karena melanggar kebijakan terkait konten kebencian,” katanya.
(Baca: Portal Aduan ASN Terima 94 Laporan, Terbanyak Soal Intoleransi)
Oleh karena itu, YouTube menghapus keenam saluran kontroversial tersebut, karena identik dengan kebencian berbasis ras. Pada awal bulan ini, YouTube juga menangguhkan akun Proud Boys Gavin McInnes.
Perusahaan juga memberlakukan aturan terhadap akun kelompok ‘sayap kanan’, Twitch dan Reddit. Saluran ini dianggap melanggar kebijakan terkait ujaran kebencian.
(Baca: Pendukung Trump Ajak Migrasi dari Twitter-Facebook ke Medsos Parler)