Jaksa Agung Negara Bagian New York (The New York State Attorney General/NYAG), Amerika Serikat (AS), dikabarkan tengah menginvestigasi perusahaan office sharing, WeWork, seiring permasalahan yang membuat perusahaan startup tersebut merugi cukup besar.
Bahkan, menurut laporan The New York Times, Minggu (17/11), WeWork tengah bersiap untuk mem-PHK 4 ribu pekerjanya. Tercatat, perusahaan startup ini memiliki 12.500 karyawan pada 30 Juni 2019, serta beberapa pekerja afiliasi.
"Kami menerima penyelidikan dari kantor Jaksa Agung Negara Bagian New York dan bekerja sama dalam masalah ini," kata seorang juru bicara WeWork seperti dilansir Reuters, Selasa (19/11). Sementara itu perwakilan NYAG menolak untuk berkomentar lebih lanjut terkait masalah ini.
(Baca: Antisipasi Kasus WeWork, Investor Cermati Siasat ‘Bakar Uang’ Startup)
Beberapa masalah yang tengah diselidiki oleh NYAG tengah selidiki antara lain apakah pendiri dan mantan kepala eksekutif WeWork, Adam Neumann, terlibat dalam transaksi dalam upaya memperkaya dirinya sendiri.
Neumann diketahui membeli properti yang kemudian dia sewakan ke WeWork dengan meminjamkan sahamnya. Dia juga berencana untuk menuntut WeWork senilai US$ 6 juta atas penggunaan merek dagang miliknya dari kata "We" setelah perusahaan mengganti namanya menjadi The We Company.
WeWork diketahui telah membatalkan rencananya untuk melakukan penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) pada 30 September 2019, setelah investor semakin khawatir dengan besarnya kerugian, model bisnis, dan tata kelola perusahaan WeWork.
(Baca: Berkaca dari WeWork, Startup Harus Bisa Jaga Keberlangsungan Bisnis)
Neumann sendiri telah mengundurkan diri dari posisi chief executive officer (CEO) dan setuju untuk mengembalikan uang yang dia dapat dari WeWork atas penggunaan merek dagang "We".
WeWork yang tengah merugi ini sebenarnya telah 'diselamatkan' oleh kucuran dana dari pemegang saham terbesarnya, SoftBank bulan lalu. SoftBank menyuntikkan dana dalam bentuk utang dan ekuitas senilai US$ 6,5 miliar, menebus saham dari pemegang saham lainnya senilai US$ 3 miliar, termasuk sebesar US$ 1 miliar untuk sebagian saham milik Neumann.
Ini bukan pertama kalinya WeWork diperiksa oleh NYAG. Tahun lalu NYAG memutuskan bahwa perusahaan harus membatalkan kebijakan yang mewajibkan karyawan untuk menandatangani perjanjian "non compete" yang melarang karyawan untuk memulai bisnis yang sama dengan perusahaan atau bergabung dengan rival perusahaan.
(Baca: Investasi di Uber dan WeWork Sebabkan Softbank Menderita Kerugian)