Berkat Layanan Pesan Makanan, Pendapatan Grab Pulih di Tengah Pandemi

KATADATA | Ajeng Dinar Ulfiana
Ilustrasi mitra pengemudi Grab memarkirkan motornya di parkiran khusus Grab, Mall FX, Jakarta Selatan (22/11/2018).
Penulis: Desy Setyowati
23/10/2020, 18.46 WIB

“Dengan meletakkan fondasi ini, kami akan berfokus pada perluasan bisnis layanan keuangan dan pedagang sepanjang sisa tahun ini dan seterusnya,” kata Maa.

Di Indonesia misalnya, Grab gencar menggaet pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Sejak awal tahun, decacorn sudah menggandeng 350 ribu pebisnis dan ditarget mencapai 400 ribu hingga akhir 2020.

Startup skala jumbo itu juga rutin meluncurkan fitur-fitur baru yang mendukung usaha mitra UMKM. Yang terbaru, menggelar bazar online dan menambahkan fitur GrabAds Ad Manager untuk memudahkan mitra mengelola iklan di aplikasi.

Pada Juni lalu, Co-Founder sekaligus CEO Grab Anthony Tan mengatakan akan memperkuat GrabFood dan jasa pengiriman barang. Personil di ke kedua produk ini pun diperkuat.

Selain itu, berfokus pada layanan pembayaran digital. Ketiga produk ini dinilai potensial saat pandemi, karena mendukung protokol kesehatan.

Sedangkan Gabungan Aksi Roda Dua (Garda) mencatat, permintaan layanan taksi dan ojek online di Indonesia turun 20-30% per September dibandingkan sebelum ada pandemi. Padahal, kontribusinya sekitar setengah dari total pendapatan.

Presidium Garda Igun Wicaksono mengatakan, permintaan layanan pesan-antar makanan dan pengiriman barang memang naik. Namun, porsinya terhadap pendapatan hanya 30% dan 15%. “Sisanya dari layanan lain,” kata dia kepada Katadata.co.id, dua pekan lalu (13/10).

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan