Unicorn Indonesia, Traveloka berencana menawarkan saham perdana alias IPO di bursa saham Amerika Serikat (AS) pada tahun ini. Startup penyedia layanan wisata atau online travel agent (OTA) ini pun optimistis untung pada 2021.
CEO Traveloka Ferry Unardi ingin perusahaan cepat berkembang. Oleh karena itu, unicorn tersebut mengkaji IPO tahun ini.
"Jika dapat melakukannya lebih cepat, kami kemudian dapat berfokus pada eksekusi dan mengembangkan perusahaan," kata Ferry dalam sesi wawancara dengan jurnalis Bloomberg, dikutip Selasa (16/2).
(BACA JUGA: Seperti Tokopedia, Traveloka Kaji IPO Lewat Perusahaan 'Cek Kosong')
Pada tahap awal, Traveloka akan IPO di Wall Street, AS. Namun, Ferry tidak memerinci bursa saham AS yang akan dipilih yakni New York Stock Exchange (NYSE) atau Nasdaq.
Traveloka juga sudah menggaet JPMorgan Chase & Co untuk proses IPO. Setelah AS, unicorn itu mengkaji penawaran saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Di bursa AS, Traveloka akan IPO lewat perusahaan akuisisi bertujuan khusus (SPAC). "SPAC sangat efisien,” kata Ferry.
Sebelumnya, Presiden Traveloka Henry Hendrawan juga mengatakan bahwa perusahaan mengkaji potensi merger dengan SPAC sebagai opsi untuk IPO. "SPAC merupakan salah satu opsi yang dievaluasi, karena kami telah didekati oleh beberapa orang," kata dia dalam pernyataan resmi dikutip dari Reuters, akhir tahun lalu (21/12/2020).
(BACA JUGA: Mengenal SPAC, Kendaraan Tokopedia untuk Tembus Bursa Saham AS)
Sumber Reuters yang merupakan bankir mengungkapkan, Traveloka didekati oleh perusahaan SPAC. Sumber lain yang mengetahui masalah itu mengatakan, unicorn ini masih mengkaji antara IPO atau SPAC dan mengincar valuasi US$ 5 miliar hingga US$ 6 miliar.
SPAC dikenal juga dengan perusahaan cek kosong, karena tidak memiliki operasi apapun. Perusahaan jenis ini merupakan sarana investasi yang dibuat khusus untuk mengumpulkan dana para orang kaya.
Selanjutnya, dana itu dipakai untuk membiayai peluang merger atau akuisisi dalam jangka waktu yang ditetapkan. Tapi, target perusahaan yang dimerger atau diakuisisi biasanya belum diidentifikasi.
Di satu sisi, Traveloka sudah mengkaji IPO sejak lama. Perusahaan pun menargetkan bisa mencapai titik impas (break even point/BEP) pada awal 2021, jika industri perjalanan pulih setidaknya 50% dibandingkan sebelum ada Covid-19.
"Traveloka akan mendapatkan untung pada 2021,” kata Managing Partner East Ventures Willson Cuaca dikutip dari Reuters, awal Desember 2020.
Kepada jurnalis Kr-Asia Khamila Mulia, Co-Founder Traveloka Albert Zhang mengatakan bahwa perusahaan bakal berfokus pada layanan finansial untuk meraih untung pada tahun ini. "Kami telah melihat peluang besar di sektor ini untuk melayani segmen yang tidak memiliki rekening bank," kata dia, dikutip dari Kr-Asia, dua bulan lalu (1/12/2020).
Perusahaan berencana mengembangkan layanan fintech secara vertikal dan geografis. Selain itu, bermitra dengan bank-bank di Tanah Air dan memanfaatkan teknologi untuk menggaet lebih banyak pengguna baru pada 2021.
Sejauh ini, Traveloka memiliki tujuh produk terkait keuangan yakni asuransi, poin, paylater, dompet digital melalui Uangku, isi ulang saldo, konektivitas dan data, serta international data plans.
Pengguna produk keuangan itu pun meningkat pada 2020. Untuk Traveloka Paylater misalnya, meningkat tujuh kali lipat. Sedangkan pengguna Traveloka Paylater Card naik lima kali lipat.
Meski begitu, Albert mengatakan profitabilitas akan sangat bergantung pada pemulihan pasar. Di Vietnam, bisnis Traveloka sudah stabil karena kasus harian positif virus corona di negara itu sedikit. Sedangkan di Thailand, bisnis mulai pulih 75%.
Startup OTA itu telah mencatatkan pertumbuhan beberapa layanan pada tahun lalu meski ada pandemi Covid-19. Jumlah pengguna harian juga meningkat 100% selama 2020.
Head of Corporate Communications Traveloka Reza Amirul Juniarshah tidak memerinci layanan apa saja yang transaksinya melonjak. Namun, ia mengatakan bahwa peningkatan penggunaan tecermin pada jumlah pengguna yang meningkat.
"Jumlah pengguna kami naik dua kali lipat pada 2020," kata Reza saat konferensi pers virtual, Selasa (26/1). "Kami juga dapat pendanaan. Ini mencerminkan investor yang terus percaya."