Alpha JWC Ventures dan Kearney memperkirakan, Indonesia akan memiliki tiga unicorn baru dalam lima tahun ke depan. Ketiganya akan berasal dari sektor e-commerce, finansial teknologi (fintech), serta digitalisasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Perkiraan itu merujuk pada riset bertajuk ‘Unlocking Next Wave of Digital Growth: Beyond Metropolitan Indonesia’. Ini berdasarkan survei terhadap 2.100 lebih konsumen akhir dan 1.100 retailer di 23 kota. Selain itu, wawancara dengan stakeholder di 13 kota di tingkat (tier) dua dan tiga.
Saat ini, Indonesia memiliki satu decacorn atau startup dengan valuasi lebih dari US$ 10 miliar yaitu Gojek. Selain itu, terdapat empat unicorn atau valuasi di atas US$ 1 miliar yakni Tokopedia, Traveloka, Bukalapak, dan OVO.
“Kami melihat ada tiga unicorn yang akan muncul dari tiga kategori besar,” kata Co-Founder sekaligus General Partner Alpha JWC Venture Jefrey Joe saat konferensi pers virtual, Rabu (31/3).
Pertama, e-commerce. Ini karena masyarakat beralih ke berbelanja online saat pandemi corona. “Social commerce juga berpotensi menjadi unicorn,” ujar dia.
Studi Facebook dan Bain and Company menunjukkan bahwa jumlah konsumen digital di Indonesia diperkirakan naik dari 119 juta pada 2019 menjadi 137 juta tahun lalu. Persentasenya pun melonjak dari 58% menjadi 68% terhadap total populasi.
Sedangkan jumlah konsumen digital di Asia Tenggara tertera pada Databoks di bawah ini. Data ini menunjukan potensi transaksi yang dapat diraih oleh pedagang online, termasuk di e-commerce.
Kedua, fintech, khususnya pembiayaan (lending). Selain karena ada kebutuhan, sektor ini terdongkrak e-commerce.
Jefrey juga melihat bahwa penilaian kredit (credit scoring) oleh fintech lending semakin baik. Sebagaimana diketahui, startup di sektor ini memiliki pusat data yang disebut pusdafil. Alat yang juga dikenal Fintech Data Center (FDC) ini telah menjaring 26 juta data peminjam per akhir tahun lalu.
“Dengan data dan ekosistem yang semakin matang, kami yakin akan ada (unicorn) dari sektor ini,” kata Jefrey.
Ketiga, penyedia solusi digitalisasi UMKM, termasuk business to business (B2B) commerce. Decacorn Gojek dan Grab pun merambah layanan ini melalui GoToko dan GrabMerchant.
Akan tetapi, startup pendidikan (edtech) dan kesehatan (healthtech) sempat disebut-sebut bakal menjadi unicorn Indonesia berikutnya. Jeffry mengatakan, penggunaan layanan kedua perusahaan rintisan ini memang pesat saat pandemi corona.
Berdasarkan data World Economic Forum (WEF) pada Juli lalu, penggunaan aplikasi belajar online meningkat di ASEAN imbas pagebluk virus corona. Rinciannya dapat dilihat pada Databoks berikut:
Dari sisi healthtech, Frost and Sullivan memperkirakan nilai industri kesehatan di Indonesia US$ 21 triliun pada tahun lalu atau naik dari US$ 7 triliun saat 2014.
Akan tetapi, “ada banyak hal yang perlu diperhitungkan. Tidak semua layanan kesehatan bisa diadopsi secara digital,” kata Jefrey.
Sebelumnya, Founder ProSehat dan Chairman Asosiasi Healthtech Indonesia Gregorius Bimantoro mengatakan, pemanfaatan layanan kesehatan virtual belum masif di Tanah Air, meskipun melonjak saat pandemi.
“Belum semuanya beralih ke konsultasi virtual,” kata Bimantoro dalam acara media gathering virtual Asosiasi Modal Ventura untuk Startup lndonesia (Amvesindo) bertajuk ‘Mengupas Dinamika dan Tren Pendanaan Startup 2020-2021’, November tahun lalu (2/11/2020).
Pemerintah memang mengeluarkan dana besar untuk penanganan Covid-19. Namun, “itu tidak masuk ke healthtech, tetapi layanan offline,” ujar pria yang akrab disapa Bimo itu.