Startup teknologi finansial pembiayaan (fintech lending) Akulaku masuk dalam daftar unicorn baru Indonesia, menurut laporan Cento Ventures. Jika ini benar, total ada 13 unicorn di Tanah Air.
Unicorn merupakan sebutan bagi startup dengan valuasi di atas US$ 1 miliar atau sekitar Rp 14 triliun. Sedangkan decacorn lebih dari US$ 10 miliar atau Rp 140 triliun.
Dalam laporan Cento Ventures bertajuk ‘SE Asia Tech Investment 2021’, Akulaku masuk dalam kolom startup dengan valuasi di atas US$ 1 miliar. Fintech ini berada di bagian yang sama dengan Bukalapak, Xendit, Ajaib, dan Codapay.
Namun Codapay merupakan startup asal Singapura, bukan Indonesia. Cento Ventures juga sudah memberikan catatan bahwa daftar ini tidak lengkap.
“Laporan ini berfokus pada teknologi digital, tetapi daftarnya mungkin mengecualikan perusahaan dibidang logistik, ritel, kantor layanan, dan operator apartemen,” demikian isi laporan Cento Ventures, dikutip Rabu (27/4).
“Data didasarkan pada pembiayaan substansial terbaru, peristiwa likuiditas (exit strategy), atau perkembangan bisnis yang diketahui,” demikian dikutip.
CB Insights bertajuk 'The Complete List of Unicorn Companies' pun mencatat bahwa Akulaku sudah berstatus unicorn. Startup fintech lending ini memiliki valuasi US$ 2 miliar lebih.
Katadata.co.id mengonfirmasi kepada Akulaku mengenai status unicorn. Namun belum ada tanggapan hingga berita ini dirilis.
Akulaku meraih pendanaan US$ 10 juta atau sekitar Rp 143 miliar dari Lend East pada akhir bulan lalu (30/3). Lend East adalah platform pinjaman digital yang menghubungkan modal institusional global dengan pemberi pinjaman alternatif di Asia Tenggara dan India.
Lend East merevolusi pinjaman alternatif dengan menawarkan berbagai solusi utang terstruktur non-dilutif untuk perusahaan teknologi.
CEO Akulaku William Li menyampaikan, perusahaan akan menggunakan dana segar tersebut untuk terus mengembangkan dan meningkatkan portofolio kredit di target pasar utama, yaitu Indonesia, Filipina, dan Thailand.
Akulaku meraih pendanaan US$ 100 juta atau sekitar Rp 1,4 triliun dari bank asal Thailand, Siam Commercial Bank. Anak usahanya, PT Bank Neo Commerce Tbk juga menyelesaikan right issue di Bursa Efek Indonesia (BEI) senilai US$ 175 juta pada kuartal empat 2021.
Tahun lalu, startup fintech lending itu memperoleh pendanaan US$ 125 juta. Investasi ini dipimpin oleh Silverhorn Group, yang menjadi investor sekaligus mitra pembiayaan Akulaku sejak 2018.
Tahun lalu, Akulaku menyalurkan kredit lebih dari US$ 2,2 miliar kepada 10 juta lebih pengguna.
Startup itu juga menggabungkan platform wealth management, e-commerce, dan perbankan digital. Dengan begitu, total pendapatan perusahaan meningkat 120% menjadi US$ 598 juta.
DailySocial.id mencatat ada delapan unicorn baru Indonesia tahun lalu. Mereka yakni JD.ID, Blibli, Tiket.com, J&T Express, Kredivo, Ajaib, Xendit, dan Kopi Kenangan.
Dengan begitu, Indonesia total memiliki 12 unicorn, termasuk Tokopedia, Traveloka, Bukalapak, dan OVO. Selain itu, satu decacorn yakni Gojek.
Jika Akulaku benar menjadi unicorn, maka Indonesia memiliki sekitar 13 startup jumbo berdasarkan data DailySocial.
Sedangkan data CB Insights bertajuk 'The Complete List of Unicorn Companies' menunjukkan, Nusantara mencatatkan lima unicorn baru tahun lalu yaitu J&T Express, OnlinePajak, Ajaib, Xendit, dan Kopi Kenangan.
Jika merujuk pada data CB Insights, maka Indonesia total mempunyai 10 unicorn.
Nama OnlinePajak sempat masuk lis CB Insights bertajuk 'The Complete List of Unicorn Companies', tetapi belakangan menghilang.