Jumlah Unicorn Baru Dunia Berkurang, Bagaimana di Indonesia?

Katadata
Diskusi Katadata Forum dengan tema "Transformasi Indonesia Menuju Raksasa Ekonomi Digital" di Jakarta, pada 2018.
Penulis: Desy Setyowati
13/7/2022, 12.11 WIB

Selain itu, ada tiga startup yang mengklaim atau dikabarkan memiliki valuasi di atas US$ 1 miliar yakni Blibli, Tiket.com, dan Kredivo.

Indonesia juga memiliki dua decacorn yakni J&T Express dan Gojek.

Sedangkan DailySocial.id mencatat ada delapan unicorn baru Indonesia tahun lalu. Mereka yakni JD.ID, Blibli, Tiket.com, J&T Express, Kredivo, Ajaib, Xendit, dan Kopi Kenangan.

Dengan begitu, Indonesia total memiliki 12 unicorn, termasuk Tokopedia, Traveloka, Bukalapak, dan OVO. Selain itu, satu decacorn yakni Gojek.

Itu artinya, tersisa 13 lagi untuk mencapai target 25 unicorn pada 2025. Salah satu cara pemerintah mendorong terciptanya lebih banyak startup jumbo yakni Next Indonesia Unicorn (Nexticorn).

Program itu mempertemukan investor dan startup. Pada tahun ini, setidaknya ada 99 investor yang akan hadir dalam acara Nexticorn.

Beberapa nama investor yang mengonfirmasi akan hadir yakni Sequoia, Temasek, Beenext, Vertex Venture, dan SoftBank Venture Asia.

Namun, Ketua Asosiasi Modal Ventura Untuk Startup Indonesia (Amvesindo)  Eddi Danusaputro menyampaikan bahwa resesi ekonomi akan berpengaruh terhadap likuiditas. “Terutama dari investor asing, ini membuat pendanaan berkurang,” kata dia kepada Katadata.co.id, pekan lalu (8/7).

Kondisi itu akan semakin menantang bagi startup yang ingin mendapatkan pendanaan atau fundraising. “Kalau dulu mudah didapat, sekarang lebih sulit. Ini dampak ke startup Indonesia. Uang tidak ada,” ujar Eddi.

Selain itu, valuasi perusahaan rintisan akan lebih rasional. Kapitalisasi pasar induk Shopee, Sea Group misalnya, hanya US$ 43,77 miliar pada akhir Juni (24/6) menurut data YCharts. Nilainya turun drastis dibandingkan Oktober 2021 sekitar US$ 200 miliar.

Kapitalisasi pasar Grab juga anjlok dari sekitar US$ 40 miliar menjadi US$ 10,5 miliar hari ini. Penurunan ini mengancam status decacorn Grab.

Meski begitu, Bendahara Asosiasi Modal Ventura Seluruh Indonesia (Amvesindo) Edward Ismawan Chamdani mengatakan, potensi unicorn akan tetap sama. "Sebab, ukuran dari startup ditentukan dari besarnya pasar suatu sektor," katanya, akhir bulan lalu (24/6).

“Dan rata-rata sektor yang dituju para startup tidak langsung terpengaruh kondisi makro ekonomi global,” tambah dia.

Menurutnya, startup yang berada di jalur dan model bisnis yang tepat, masih berpeluang menjadi unicorn baru Tanah Air. "Setiap sektor punya cara dalam menilai pasarnya masing-masing," katanya.

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati, Fahmi Ahmad Burhan