Kolaborasi Startup dan Industri Bikin Inovasi Hadapi Perubahan Iklim

ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho/rwa.
Ilustrasi, seniman menyelesaikan mural bertema lingkungan di kawasan Jalan Raya Kudus-Colo, Desa Kajar, Dawe, Kudus, Jawa Tengah, Sabtu (6/8/2022).
Penulis: Agung Jatmiko
22/10/2022, 13.40 WIB

Kolaborasi industri dan startup berbasis lingkungan atau climate-tech startup memiliki terlihat makin kuat. Ini ditunjukkan banyaknya climate-tech startup yang berpartisipasi dalam ajang Cut The Tosh Collaboration Summit.

Perhelatan ini, merupakan ajang di mana pemangku kepentingan di isu lingkungan dan keberlanjutan berkolaborasi mewujudkan solusi jangka panjang.

Program yang ditutup pada 18-19 Oktober 2022, tercatat dihadiri sederet pelaku industri, terutama yang tergabung dalam KADIN Net Zero Hub, Global Water Partner Souteast Asia, Clean Energy Investment Acceleration, serta NGO dan komunitas penggerak isu lingkungan.

Dari sisi climate-tech startup, beberapa yang mengikuti ajang ini, antara lain Waste4Change, Enertec, SKUTI, FisTx, Evomo, Siab Indonesia, Allas, BIKI, Plana, dan beberapa startup berbasis lingkungan lain.

"Cut The Tosh Collaboration Summit menjadi ajang pertemuan antara pelaku industri dengan para inovator baru di isu keberlanjutan, yang diharapkan dapat menjalin kolaborasi untuk bersama-sama mencapai target pengurangan emisi Gas Rumah Kaca pada 2030," kata Director Corporate Affairs Ika Noviera, dalam keterangan resmi, dikutip Sabtu (22/10).

Dalam ajang Cut The Tosh Collaboration Summit, tercatat ada empat startup berbasis lingkungan yang ditetapkan sebagai startup terbaik.

Keempat startup tersebut, antara lain BIKI (juara I ), Plana (juara II), Transisi (juara III), serta Electric Wheel untuk People’s Choice Award pada kategori level early-stage startup.

Keempat startup ini, dinilai berhasil menunjukkan inovasi yang memiliki potensi berkelanjutan, baik dari sisi bisnis, maupun dari dampak lingkungan yang diciptakan.

BIKI misalnya, menawarkan solusi edible coating chitasil, yang dapat memperpanjang ketahanan buah dan sayur. Solusi yang ditawarkan BIKI, dapat mengurangi jumlah sampah bahan makanan yang saat ini angkanya masih sangat tinggi di Indonesia.

Perhatian terhadap climate-tech startup memang tengah tinggi saat ini. Sebab, startup jenis ini diharapkan mengubah pasar dengan inovasi berkelanjutan.

Ini karena, modal politik saat ini lebih fokus pada perubahan kebijakan seputar pemanasan global. Selain itu, konsumen juga menuntut tanggung jawab iklim dari suatu merek.

Climate-tech startup, adalah perusahaan rintisan yang bekerja mendekarbonisasi ekonomi global, dan menciptakan model bisnis baru yang menguntungkan, sembari mengurangi dampak perubahan iklim.

Beberapa startup yang termasuk dalam kategori ini, adalah startup yang mengembangkan energi terbarukan, protein alternatif, industri bersih, dan rekayasa penangkapan karbon, serta penghilangan karbon berbasis alam.

Sementara perusahaan yang berfokus pada adaptasi, masuk dalam lini penanganan perlindungan tanaman, daur ulang air, asuransi iklim, atau konservasi alam.

Sebagai informasi, Cut The Tosh Collaboration Summit, merupakan bagian dari Climate Innovation League, yang dilaksanakan oleh Ecoxyztem, bekerja sama dengan Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia dan didukung oleh EIT Climate-KIC.

Program ini dirancang untuk mendukung startup dengan solusi bisnis lingkungan, melalui workshop dan mentoring, yang diisi oleh profesional dari latar belakang bisnis ternama. Misalnya, Zero Waste Living Lab, 10x Impact, Grab, BRI Ventures, Gayo Capital, Schoters, Fliptech, Antler, Justika, EngageRocket, ReservoAir, dan Prospect Institute.