Startup Indonesia masif melakukan pemutusan hubungan kerja alias PHK tahun ini. Meski begitu, ada juga yang ekspansi ke sejumlah negara.
Sociolla misalnya, merambah pasar Vietnam. Ketua Asosiasi Modal Ventura Untuk Startup Indonesia (Amvesindo) Eddi Danusaputro menyampaikan, pasar India dan Vietnam diminati investor sejak 5 – 10 tahun lalu.
“Dan, akan terus diminati,” katanya kepada Katadata.co.id, Senin (26/12). “Sebab, penduduk banyak, middle class tumbuh dan banyak pengeluaran. Mirip Indonesia. Sektornya juga mirip seperti marketplace, fintech, logistics, edutech, healthtech, dan lainnya.
Berikut daftar startup Indonesia yang merambah pasar negara lain di tengah maraknya PHK tahun ini:
1. Sociolla
Startup kecantikan Sociolla masuk pasar Vietnam sejak akhir tahun lalu. Sociolla berencana memperluas pasar ke negara Asia Tenggara lainnya setelah meraih pendanaan Rp 818 miliar dari empat investor yang dipimpin oleh L Catterton pada 2021.
Pada Oktober, Sociolla kembali meraih pendanaan US$ 60 juta atau sekitar Rp 927 miliar. Investasi ini dipimpin oleh dua investor asal Singapura, yakni Temasek dan L Catterton, pernah menyuntik modal sebelumnya.
Investor lain yang berpartisipasi dalam pendanaan ini yaitu East Ventures, Jungle Ventures, dan sejumlah penanam modal terdahulu (investor existing).
Perusahaan rintisan itu pun disebut-sebut segera menjadi unicorn atau memiliki valuasi di atas US$ 1 miliar (Rp 15,5 triliun).
2. Jala Tech
Startup akuakultur Jala Tech ekspansi ke Vietnam pada pertengahan Maret. Sebab, negara ini merupakan produsen udang terbesar ketiga di dunia.
Produksi udang di Vietnam 500 ribu - 600 ribu ton per tahun. Sedangkan Indonesia sekitar 300 ribu ton per tahun.
“Kami bermitra dengan komunitas (petambak udang) di Vietnam,” kata Chief Executive Officer (CEO) Jala Tech Liris Maduningtyas dalam siaran langsung di akun Instagram Katadata.co.id, pada Maret (4/3).
Jala Tech menyediakan perangkat sensor air berbasis teknologi Internet of Things (IoT). Startup ini juga menyediakan fasilitas pembiayaan, manajemen tambak, dan lainnya.
3. PrivyID
Startup identitas digital Indonesia PrivyID ekspansi ke Australia. Aksi korporasi ini didukung oleh IA-CEPA ECP Katalis.
IA-CEPA ECP Katalis adalah program pengembangan perdagangan dan investasi unik yang didukung pemerintah untuk membuka potensi besar kemitraan ekonomi antara Indonesia dan Australia.
Hubungan bilateral itu bernilai 40 juta dolar Australia selama 2021 – 2025.
“PrivyID proses untuk mengarah ke pasar Australia. Namun belum meluncurkan,” kata pendiri sekaligus CEO PrivyID Marshall Pribadi kepada Katadata.co.id, dua pekan lalu (16/12).
“Masih tahap finalisasi untuk mendapatkan dukungan berupa market entry studies dan legal opinion untuk memulai operasi, dan proses perizinan,” tambah dia.
4. Dailybox
Dailybox membuka gerai di kawasan dining Supply Chain City, Jurong, Singapura pada Oktober. Layanannya saat ini dapat dipesan melalui GrabFood Singapura.
Head of Product Dailybox Group Arcad Fadillah menyampaikan, perusahaan menyediakan beragam makanan Indonesia di negeri jiran itu. Dailybox Jurong di Singapura ini menawarkan lebih dari 20 menu makanan dan kudapan khas Nusantara.
“Bagi masyarakat Singapura yang suka sayur, kami memperkenalkan hidangan Pecel dengan bumbu kacang khas Jawa. Ada juga sajian Ayam Taliwang dari Lombok,” kata dia dalam keterangan pers, pada Oktober (21/10).
CEO Dailybox Group Kelvin Subowo mengungkapkan bahwa salah satu alasan mereka berekspansi ke Singapura yakni meningkatnya ketergantungan masyarakat di Negeri Singa ini terhadap layanan pesan-antar makanan.
“Tahun lalu, sekitar 2,5 juta orang menggunakan layanan pengiriman makanan online di Singapura. Jumlahnya hampir setengah dari total populasi Singapura,” ujar Kelvin. “Pada 2025, segmen ini diperkirakan meningkat menjadi sekitar 3,6 juta pengguna.”
5. Kopi Kenangan
Unicorn ini membuka gerai di Suria KLCC, Malaysia, pada Oktober. Rencana ekspansi ke negara lain di Asia Tenggara sudah diumumkan startup kuliner ini sejak 2020.
Co-founder sekaligus CEO Kopi Kenangan Edward Tirtanata menyampaikan, perkembangan budaya kopi di Malaysia stabil, terutama untuk model bisnis grab-and-go. Model bisnis ini memungkinkan konsumen memesan produk melalui aplikasi, lalu mengambilnya di gerai.
Selain itu, ada banyak kesamaan antara warga Malaysia dan Indonesia dalam hal cita rasa dan keinginan untuk mencoba hal-hal baru.
Ia juga menilai, sektor kuliner di Malaysia menjanjikan. Terlebih lagi, Negeri Jiran ini tengah bertransformasi dalam menerapkan ekonomi digital berpenghasilan tinggi dengan berfokus pada digitalisasi.
6. Teguk
Startup kuliner ini resmi hadir di New York, Amerika Serikat (AS) pada September (17/9). CEO Teguk Maulana Hakim menyebutkan, penjualan mencapai 634 gelas dalam tiga hari pembukaan gerai pertama di New York.
“Pembukaan ini mendapat antusiasme besar dari warga lokal,” kata Maulana dalam keterangan pers, pada September (29/9).
Teguk bersama GoFood juga menghadirkan tiga menu eksklusif, antara lain varian coconut series yang juga hadir di gerai Teguk New York. Selain itu, ada diskon spesial 40%.