Benarkah Gojek dan Grab Krisis Driver Ojek Online?

Adi Maulana Ibrahim|Katadata
Pengemudi ojek online menangkut penumpang di Shalter Kawasan Stasiun Sudirman, Jakarta Pusat, Senin (8/6/2020).
Penulis: Lenny Septiani
25/5/2023, 06.00 WIB

Beberapa riset menyebutkan pengemudi ojek online atau ojol mengeluhkan pendapatan turun, dan keinginan beralih profesi. Apakah Gojek dan Grab mengalami krisis mitra pengemudi?

Ketua Umum Asosiasi Driver Online (ADO) Taha Syafariel tidak memiliki data spesifik terkait jumlah mitra pengemudi ojek online atau ojol maupun yang mendaftar. Namun sepengetahuannya, mitra baru yang terdaftar atau mulai on bid sedikit setahun terakhir.

"Mungkin sekitar 10%," ujar Taha kepada Katadata.co.id, Rabu (24/5).

Meski begitu, Grab masih merekrut mitra pengemudi taksi dan ojek online atau ojol. “Selama kuartal I, kami tetap berfokus pada peningkatan pasokan pengemudi aktif sambil mengoptimalkan pasokan pengemudi yang ada untuk memenuhi pertumbuhan permintaan yang kuat,” kata Grab dalam keterangan pers, akhir pekan lalu (19/5).

Pasokan pengemudi taksi dan ojek online alias ojol yang aktif per bulan meningkat 10% secara tahunan atau year on year (yoy) dan 2% secara kuartalan atau quarter to quarter (QtQ).

Sedangkan lama bekerja pengemudi taksi dan ojek online alias ojol Grab meningkat 14% yoy dan 3% qtq.

“Upaya kami meningkatkan pasokan pengemudi menghasilkan pengurangan waktu tunggu penumpang secara rata-rata,” ujar Grab. Namun startup yang berbasis di Singapura ini tidak memerinci angkanya.

Grab juga menyebutkan, tingkat pemenuhan permintaan layanan berbagi tumpangan alias ride hailing. Pendapatan rata-rata pengemudi per jam pun naik 14% yoy dan 4% qtq.

Grab dan lembaga riset Indikator menggelar survei terhadap 1.000 mitra pengemudi GrabBike di Medan, Palembang, Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan Makassar selama 22 Februari hingga 15 Maret melalui wawancara tatap muka.

Penelitian dilakukan dengan metode random sampling. Tingkat kesalahan atau margin of error survei diperkirakan +/- 4.5% pada tingkat kepercayaan 95%.

Hasil survei tersebut yakni:

  • 91,7% mitra pengemudi ojek online Grab menyebut kecil kemungkinan untuk pindah ke platform ojek online atau ojol lain
  • 83,4% merasa mereka mendapatkan perhatian besar dari perusahaan
  • 64% responden hanya bergantung pada pemasukan sebagai mitra pengemudi sebagai sumber pendapatan utama
  • 85% responden merasa bangga menjadi mitra pengemudi Grab dan merekomendasikan Grab bagi mereka yang memiliki ketertarikan untuk jadi sopir ojek online atau ojol
  • 89,3% responden merasa ada perbaikan dampak ekonomi
  • 92,2% responden merasa ada keleluasaan dalam mengatur waktu kerja

Begitu juga dengan Gojek. Head of Region and External Affairs Gojek Gede Manggala mengatakan, perusahaan berfokus pada keseimbangan jumlah konsumen dan mitra pengemudi di suatu wilayah.

“Jadi indikatornya itu supply dan demand,” kata Gede dalam acara buka puasa bersama di kantornya, Jakarta, bulan lalu (5/4).

Gojek akan mengkaji jumlah mitra pengemudi taksi dan ojek online, serta besaran permintaan layanan di suatu kota. “Kalau kami catat kurang, maka kami buka pendaftaran baru,” katanya.

“Jadi yang menjadi perhatian kami yakni konsumen tidak boleh menunggu lama. Driver taksi dan ojek online juga tidak boleh kecewa karena persaingan ketat,” ujar Gede. “Basisnya kota per kota.”

Berdasarkan indikator itu, Gede menyampaikan bahwa pasokan mitra pengemudi ojek online atau ojol Gojek cukup.

Business Development Representative inDrive Indonesia Ryan Rwanda mengatakan perusahaan tidak menghadapi kekurangan pengemudi taksi dan ojek online. Namun perusahaan tetap membuka perekrutan.

“Kami adalah perusahaan yang selalu membuka peluang untuk driver di luar sana yang ingin mendaftar," kata Ryan kepada media di Jakarta, bulan lalu (6/4).

Ia tidak memerinci jumlah pengemudi taksi dan ojek online di inDrive. “Ribuan,” kata dia.

Ojol Ingin Jadi Pekerja Kantoran

Hasil penelitian Mahasiswa Doktoral London School of Economic (LSE) Muhammad Yorga Permana terhadap 1.000 kurir dan pengemudi ojek online atau ojol menunjukkan 66% dari mereka ingin menjadi pekerja kantoran.

Dua pertiga dari mereka mengungkapkan bahwa jika dapat memilih, mereka lebih memilih pekerjaan tradisional dengan jam kerja sembilan sampai lima sore daripada menjadi pengemudi ojek online atau ojol.

Ada tiga hal yang mendorong pengemudi ojek online atau ojol kini ingin menjadi pekerja kantoran:

  1. Janji terkait pendapatan dinilai tidak sesuai
  2. Jumlah pesaing atau pengemudi ojek online tumbuh signifikan
  3. Guncangan ekonomi akibat pandemi corona

Penelitian tersebut dilakukan terhadap ojol di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) pada 2021 - 2022.

Menanggapi hal itu, Gede menyampaikan bahwa perusahaan memberikan fleksibilitas kepada mitra pengemudi untuk mendapatkan tambahan penghasilan. Berdasarkan data Gojek, driver taksi dan ojek online yang bergabung di platform beroperasi secara part time. Rinciannya sebagai berikut:

  • 64% mitra pengemudi taksi online GoCar
  • 55% mitra pengemudi ojek online GoRide

Survei Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menunjukkan, rata-rata pengemudi ojek online atau ojol bekerja 6 – 12 jam per hari. Sedangkan penghasilan mereka pas-pasan.

“Jam kerja didominasi 6 - 12 jam per hari (42,85%),” ujar Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata dan Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan MTI Pusat Djoko Setijowarno dalam keterangan pers, pada Oktober (9/10/2022).

Namun ia tidak memerinci data durasi jam kerja pengemudi ojol berikut persentasenya.

“Waktu operasi pengemudi ojek belum memperhatikan aspek kelelahan yang akan berpengaruh terhadap keselamatan,” tambah Djoko.

Survei itu juga menunjukkan, pengemudi ojek online atau ojol mencatatkan penurunan pesanan dari 5 – 10 per hari menjadi di bawah lima. Rincian pendapatan dan pengeluarannya sebagai berikut:

  • 50,1% responden mendapatkan penghasilan Rp 50 ribu – Rp 100 ribu per hari
  • 44,1% responden mengeluarkan biaya operasional Rp 50 ribu – Rp 100 ribu

Itu artinya, penghasilan yang mereka dapat hanya cukup untuk membayar bahan bakar hingga makan dan minum selama di lapangan. “Pendapatan per hari pengemudi hampir sama dengan biaya operasionalnya,” kata Djoko.

Rincian pendapatan pengemudi ojek online atau ojol sebagai berikut:

Reporter: Lenny Septiani