Bukalapak menargetkan dua juta mitra baik warung maupun kios lainnya mengadopsi kode QR (QR Code) hingga akhir tahun ini. Sebab, perusahaan e-commerce ini mencatat penjualan mitranya naik 10% dalam sebulan penerapan.
Kode QR yang diadopsi tentunya sesuai dengan standardisasi atau QRIS yang dirilis Bank Indonesia (BI). Dengan begitu, pengguna dompet digital apapun baik GoPay, OVO, LinkAja dan lainnya bisa memindai kode QR yang ada di warung.
Head of Corporate Communications Bukalapak Intan Wibisono mengatakan, 1.000 mitra di Kemang, Jakarta, sudah melakukan uji coba (pilot project) QRIS selama dua bulan terakhir. Setelahnya, Bukalapak mengkaji tantangan yang dihadapi pemilik warung dalam menerapkan sistem pembayaran ini.
"Kalau sudah ketemu formulasi yang cocok, kami akan roll out ke dua juta mitra warung yang lain," kata Intan kepada Katadata.co.id, Rabu (21/8). Saat ini, pilot project masih berlangsung.
(Baca: BI Luncurkan Standar QR Code Agar Sistem Pembayaran Lebih Efisien)
Secara umum, ia mengatakan bahwa perusahaannya berfokus pada peningkatan penjualan para mitra. Salah satu caranya dengan mengadopsi kode QR. “Yogi, salah satu mitra warung Bukalapak menyebut penjualannya naik dan dia bisa berbelanja lebih mudah. Hal seperti itu yang ingin kami tangkap selama pilot project ini," katanya.
Mitra offline Bukalapak yang mengadopsi kode QR ini bukan hanya pemilik warung. Pedagang keliling seperti cilor, bakso, ketoprak hingga tambal ban menerapkan sistem pembayaran ini.
Salah satu mitra Bukalapak, Yogi (31 tahun) mengaku pendapatannya naik 10% dalam sebulan, setelah mengadopsi metode pembayaran dengan kode QR. "Begitu pembeli tahu bisa bayar pakai OVO, GoPay, DANA, mereka merasa lebih mudah untuk berbelanja di warung saya," katanya kepada Katadata.co.id.
Selain itu, ia bisa menjual produk digital seperti pulsa. Dia juga dapat membeli kebutuhan warung langsung dari Bukalapak. Yogi sudah menjadi mitra Bukalapak sejak setahun lalu.
(Baca: Transaksi Tembus Rp 89,5 Triliun, Pengguna Aktif GoPay Terbanyak di RI)
Mitra warung Bukalapak lainnya, Edi (33 tahun) menyampaikan hal serupa. Penjual bakso yang beroperasi di Pejaten hingga Kemang Timur, Jakarta ini menyebutkan bahwa penjualannya naik 42%, dari 70 menjadi 100 porsi per hari setelah menggunakan kode QR.
Ia menilai, pembeli tertarik membeli produknya karena ada kemudahan pembayaran. “Mereka (pembeli) jadi terbantu, karena sekarang mayoritas sudah tidak pakai tunai. Saya juga dimudahkan karena tidak perlu menukar uang kembalian," katanya.
Saat ini, Bukalapak memiliki 2 juta mitra offline di 477 kota dan kabupaten di Indonesia. Sedangkan total pelapak yang berjualan online mencapai 5 juta.
Mitra Warung Belum Dipungut Biaya Penggunaan QRIS
Sejalan dengan peluncuran QRIS, BI menetapkan ketentuan terkait biaya administrasi transaksi (merchant discount rate/MDR). Untuk mitra reguler, tarifnya ditetapkan 0,7% dari total transaksi.
Namun, Vice President of Online to Offline Bukalapak Rahmat Danu Andika mengatakan bahwa perusahaannya belum memutuskan apakah biaya itu akan ditanggung korporasi atau mitra. "Kami belum menentukan karena masih tahap awal perkenalkan. Sejauh ini belum dipungut biaya apapun," katanya.
Ia berharap, omzet para mitra bisa meningkat setelah menerapkan QRIS ini. “Saya rasa tidak masalah apabila mereka membayar 0,3% misalnya. Nanti 0,4% sisanya kami cari siapa lagi yang akan bayar," katanya. Namun, ia menegaskan bahwa sejauh ini perusahaan akan mengikuti ketetapan 0,7% dari BI.
(Baca: Semester II, Sistem Pembayaran QR Code Harus Mengacu ke Standar BI)