Perusahaan teknologi Apple Inc sedang gencar mengakuisisi perusahaan, di tengah perlambatan penjualan ponsel pintar (smartphone). Selama enam bulan terakhir, produsen iPhone ini telah membeli sekitar 25 perusahaan.
CEO Apple Tim Cook menyampaikan, perusahaannya mengakuisisi korporasi lain rata-rata dua hingga tiga minggu sekali. “Kami tidak sering mengumumkan kesepakatannya karena perusahaannya kecil,” kata dia dikutip dari CNBC Internasional, kemarin (6/5).
(Baca: Setelah Kalahkan Apple, Huawei Berpeluang Menyalip Samsung)
Cook menjelaskan, akuisisi dilakukan karena perusahaan fokus mencari talenta dan kekayaan intelektual baru yang sesuai dengan bisnis Apple. Strategi bisnis ini ia sampaikan dalam wawancara khusus dengan jurnalis CNBC Internasional, Becky Quick.
Langkah Apple mengakuisisi banyak perusahaan dibarengi dengan kondisi keuangannya yang sehat. Dalam laporan keuangannya, Apple memiliki kas US$ 225,4 miliar atau sekitar Rp 3.155,6 triliun pada Kuartal II tahun fiskal 2019.
Apple berjanji akan berkontribusi US$ 350 miliar terhadap perekonomian Amerika Serikat (AS) selama lima tahun ke depan. Untuk bisa berkontribusi, Apple gencar melakukan ekspansi dan membayar pajak atas uang tunai yang direpatriasi.
(Baca: Apple Luncurkan Aneka Layanan Baru: Kartu Kredit, Gim, TV, dan Berita)
Lewat akuisisi, Apple meluncurkan produk dan layanan baru. Contohnya, ketika Apple mengakuisisi penyedia layanan majalah digital secara langganan, bernama Texture pada 2018. Apple meluncurkan Apple News+ beberapa waktu lalu, karena pasarnya terbuka ketika mengakuisisi Texture.
Pada 2014, Apple mengakuisisi Beats senilai US$ 3 miliar. Lantas, Apple mengubah Beats menjadi layanan streaming Apple Music dan memproduksi headphone. Apple juga pernah dikabarkan bakal mengakuisisi Time Warner pada 2016. Namun, isu tersebut belum juga terealisasi.
Layanan Baru Apple
Pada Maret lalu, Apple mengumumkan empat layanan baru, yakni televisi (TV), berita berlangganan, kartu kredit, dan paket gim (bundling game). Layanan anyar ini diluncurkan ketika penjualan smartphone tengah merosot. “Intinya, Apple berusaha untuk menjadi Netflix dari semua layanan yakni musik, berita dan majalah, video dan gim,” kata analis PP Foresight Paolo Pescatore dikutip dari Financial Times, beberapa waktu lalu (25/3).
Pertama, layanan streaming video yakni Apple TV. Pengguna bisa menikmati layanan ini secara berlangganan. Saluran yang tersedia di layanan ini seperti HBO, Showtime, Starz, CBS All Access, dan Smithsonian Channel. Namun Apple belum mengumumkan biaya untuk langganan saluran tersebut. Nantinya, fitur Apple TV terintegrasi dengan iPhone, iPad, dan dekoder Apple TV.
(Baca: Penjualan Smartphone Samsung dan Apple Turun, Huawei Melonjak)
Kedua, layanan Apple News yang mencakup konten majalah seharga US$ 9,99 atau sekitar Rp 140 ribu per bulan di AS dan US$ 12,99 atau Rp 182 ribu per bulan di Kanada. Meski bentuknya majalah, tata letak (layout) akan disesuaikan untuk ponsel.
Ketiga, layanan kartu kredit, yakni Apple Card. Kartu berbentuk fisik itu terbuat dari titanium. "Kami melihat peluang untuk mengubah bentuk pembayaran mendasar lainnya, dan itu kartu kredit," kata Tim Cook.
Terakhir, layanan bundel gim yaitu Apple Arcade. Melalui layanan ini, pengguna mendapat akses ke lebih dari 100 gim eksklusif. Sejumlah gim baru akan ditambahkan secara rutin. Pengguna pun bisa bermain gim tanpa terkoneksi ke internet.