Riset: Kesetaraan Gender Tambah PDB Indonesia US$ 135  Miliar di 2025

Katadata
Suasana event Investing in Woman dengan tema Accelerating The Indonesian Economy Through Gender Equality di Jakarta, Selasa, (30/4/2019)
30/4/2019, 16.17 WIB

Riset McKinsey pada 2018 menunjukkan, kesetaraan gender bisa meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) tahunan Indonesia sebesar US$ 135 miliar pada 2025. Apabila Indonesia gagal mengatasi kesetaraan gender, maka negara ini akan kehilangan potensi tersebut.

Managing Partner McKinsey Indonesia Phillia Wibowo mengatakan, perlu kolaborasi untuk menciptakan kesetaraan gender di Tanah Air. “Semua pihak harus berpartisipasi, di dalamnya ada peran pemerintah, swasta, dan individu,” ujarnya dalam diskusi Katadata dan Investing in Women (IW) bertajuk Accelerating the Indonesian Economy Through Gender Equality di Ayana Mid Plaza, Jakarta, Selasa (30/4).

(Baca: Kesetaraan Gender, Indonesia Masuk 10 Besar di Asia)

Selain itu, ada beberapa hal yang perlu diatasi guna mewujudkan kesetaraan gender di dunia kerja di Indonesia. Seperti, menciptakan pemerataan kesempatan bagi pekerja laki-laki maupun perempuan, perlindungan hukum dan jaminan hak partisipasi politik yang setara, serta penerapan yang sinergis dari tingkat daerah hingga pusat.

Bila persoalan tersebut bisa diatasi, Indonesia berpeluang meningkatkan PDB hingga US$ 135 miliar pada 2025. Hitung-hitungannya, partisipasi kerja perempuan diproyeksi naik dari 50% di 2014 menjadi 56% pada 2025, sehingga menyumbang US$ 43 miliar terhadap PDB per tahun.

Lalu, pekerja perempuan secara penuh-waktu diperkirakan naik dari 89% menjadi 95%, sehingga menyumbang US$ 41 miliar. Kemudian, McKinsey memproyeksi produktivitas perempuan naik dari US$ 6 ribu menjadi Rp 11 ribu, alhasil ada tambahan PDB US$ 51 miliar. Secara total, tambahan PDB yang bisa diperoleh mencapai US$ 135 miliar per tahun pada 2025.

(Baca: Kesetaraan Gender Kunci Pertumbuhan Ekonomi)

Chief of Staff Tokopedia Inna Chandika menambahkan, tiap-tiap individu harus memiliki pemahaman yang sama dalam mewujudkan kesetaraan gender di dunia kerja. “Masalahnya adalah soal persepsi, misalnya pekerja di industri Science, Technology, Engineering, dan Mathematics (STEM) itu selalu male-centered,” ujar dia

Padahal, menurut dia, perempuan bisa mengubah kesadaran dan persepsinya supaya bisa berkarya di lingkungan kerja manapun. Untuk itu, perempuan harus bisa melawan pola pikir diri yang membatasi propsek kariernya.

Deputy Managing Director DEKA Marketing Research Yanti Nisro Corbett mengatakan, kesetaraan gender di dunia kerja khususnya jajaran manajemen senior berdampak positif bagi perusahaan. Sebab, suasana dan budaya kerja menjadi lebih dinamis dan inovatif.

(Baca: PDB Naik US$ 135M Bila Perempuan Setara)

Meski begitu, menurut Human Resource Director Danone Indonesia Evan Indrawijaya, laki-laki juga harus mengambil peran demi terciptanya kesetaraan gender. Misalnya, para pimpinan laki-laki di tempat kerja memberikan kesempatan yang sama kepada pegawai perempuanya.

Tak jauh berbeda, Government Affairs & Policy Director General Electric Indonesia Donna Priadi mengatakan bahwa perempuan butuh panutan, mentor, dan sponsor di dunia kerja. Kehadiran support system tersebut bisa meningkatkan kepercayaan diri perempuan untuk bisa sukses.

(Baca: Nasib Buruh Perempuan, Alami Diskriminasi di Seluruh Sektor Industri)

Direktur Katadata Heri Susanto menambahkan, populasi perempuan yang bekerja di Asia Pasifik, termasuk Indonesia, lebih rendah dibandingkan laki-laki. Bahkan, hanya 20% perempuan yang menduduki posisi manajerial. Hanya lima persen perempuan yang menjabat direktur dan Chief Financial Officer (CFO).

Meski begitu, ia mencatat kesetaran gender di Indonesia meningkat. "Era digital di Indonesia memberi banyak bukti bahwa perempuan semakin mandiri dan berkembang pesat dalam menjalankan bisnis mereka,” ujarnya.

Wakil Kepala Misi Kedutaan Besar Australia di Indonesia Allaster Cox mengatakan, instansinya mendukungan kesetaraan gender di Indonesia dalam konteks kerja sama ekonomi yang lebih luas. Misalnya, dengan menyoroti Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) yang ditandatangani pada Maret 2019 lalu.

(Baca: Sri Mulyani Sebut Peran Unicorn Mendorong Perempuan Melek Keuangan)

Reporter: Cindy Mutia Annur