SoftBank memproyeksikan 15 unicorn dalam portofolionya bakal bangkrut karena pandemi corona. Hal itu terjadi di tengah kerugian yang dialami perusahaan investasi asal Jepang tersebut.
SoftBank Group melaporkan kerugian operasi untuk tahun fiskal 2019 yang berakhir Maret 2020 mencapai US$ 13 miliar atau sekitar Rp 191 triliun. Perusahaan pun mencatat rugi bersih tahun lalu sebesar US$ 8,9 miliar atau sekitar Rp 131 triliun.
Kerugian yang ditanggung investor Grab dan Tokopedia itu merupakan yang terbesar sejak listing pada 1994. Kerugian besar investor Jepang itu terutama disebabkan oleh kinerja anak usahanya, Vision Fund, yang menderita kerugian hampir US$ 18 miliar atau sekitar Rp 265 triliun.
Kerugian Vision Fund merupakan dampak dari buruknya kinerja unicorn seperti Uber dan WeWork. Salah satu perusahaan portofolio 'bintang'-nya, WeWork, rugi sebesar US$ 10 miliar atau sekitar Rp 147 triliun.
CEO SoftBank Masayoshi Son mengatakan pandemi corona merupakan krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya. Hal itu menyebabkan beberapa unicorn yang disokong perusahaannya jatuh 'ke lembah corona'.
"Saya yakin beberapa dari mereka (15 unicorn) akan terbang di atas lembah (corona)," ujar Son dikutip dari KRAsia, Selasa (19/5).
Ia pun melanjutkan, 15 unicorn yang dinilainya berisiko itu tidak akan diberikan dukungan keuangan untuk menyelamatkan perusahaan mereka.
(Baca: CEO SoftBank Menyesal Investasi Ratusan Triliun di Startup Wework)
(Baca: Rugi Rp 189,8 Triliun, Anak Usaha SoftBank Gagal Dapat Pendanaan)
Sebagai informasi, Vision Fund milik SoftBank menggelontorkan investasi sebesar US$ 75 miliar ke 88 startup yang bernilai US$ 69,6 miliar pada 31 Maret 2020. Dari 88 perusahaan tersebut, 47 perusahaan telah ditandai pada tahun fiskal ini.
Bahkan sebelum krisis turun, dana US$ 100 miliar telah berada di bawah tekanan karena perusahaan membukukan kerugian selama dua kuartal terakhir.
Untuk menghadapi situasi genting itu, SoftBank berencana mengumpulkan hampir 1,25 triliun yen atau sekitar US$ 12 miliar dari sahamnya di Grup Alibaba Tiongkok. Son merupakan salah satu investor awal yang mendukung Alibaba, di mana perusahaan dapat menghasilkan US$ 20 juta dalam dua dekade terakhir.
Menurut laporan Reuters, SoftBank telah berjanji memonetisasi aset senilai US$ 41 miliar. Sebagian dana tersebut bakal digunakan untuk membiayai pembelian 2,5 triliun yen atau sekitar US$ 23,2 miliar untuk menopang harga saham perusahaan.
Pada akhir April 2020, perusahaan telah menghabiskan 250 miliar yen atau sekitar US$ 2,3 miliar untuk pembelian saham. Ke depannya, Son melanjutkan, SoftBank akan mengambil pendekatan yang hati-hati untuk investasi masa depan maupun investasi saat ini. Ia juga mengatakan bahwa dia tidak ingin menjadi terlalu pesimistis.
Son yakin salah satu portofolio bintangnya, startup jaringan perhotelan asal India OYO, bisa menopang kinerja perusahaan. Dia mengatakan hotel-hotel kecil yang sedang berjuang dapat bergabung dengan OYO Group dan memanfaatkan teknologi mereka untuk mendapatkan pelanggan.
"Itu akan menjadi kebutuhan baru untuk bisnis-bisnis itu," ujar dia.
Ia melanjutkan, startup ride hailing Uber masih menghadapi situasi yang sulit di Amerika Serikat. Sedangkan, bisnis ride hailing Didi di Tiongkok justru mulai pulih. "Saya berharap ini akan terjadi di perusahaan lain juga," ujar Son.
(Baca: Pertama Kali dalam 15 Tahun SoftBank Rugi Rp 132 T, Jack Ma Mundur)