Google, Facebook, Twitter Kembali Lawan Trump soal Pekerja Asing

ANTARA FOTO/REUTERS/Jonathan Ernst/pras/dj
Presiden AS Donald Trump menunjukkan halaman depan New York Post saat berbicara kepada wartawan sambil menandatangani perintah eksekutif untuk perusahaan media sosial di Ruang Oval Gedung Putih, di Washington, Amerika Serikat, Kamis (28/5/2020).
Penulis: Desy Setyowati
23/6/2020, 13.50 WIB

Perusahaan teknologi seperti Google, Facebook dan Twitter kembali menentang kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Kali ini, terkait pembatasan visa imigrasi untuk banyak kategori bagi pekerja asing.

Trump menandatangani perintah eksekutif (executive order) terkait peluasan aturan pembatasan visa hingga akhir tahun, kemarin (22/6). Kebijakan ini akan berlaku besok (24/6).

Lembaga Kebijakan Migrasi memperkirakan bahwa 219.000 pekerja sementara akan diblokir. Perintah eksekutif itu berlaku untuk pekerja bidang khusus yang disebut visa H-1B. Juga untuk visa L-1 bagi para manajer perusahaan multinasional.

(Baca: Buntut Cek Fakta Twitter, Trump Lancarkan 'Perang' dengan Media Sosial)

Kedua visa tersebut populer di kalangan raksasa teknologi AS. Oleh karena itu, perusahaan seperti Google, Facebook hingga Amazon menentang perintah eksekutif tersebut.

"Imigrasi berkontribusi besar bagi keberhasilan ekonomi AS, menjadikannya pemimpin global di bidang teknologi, dan juga Google," kata CEO Google Sundar Pichai melalui akun Twitter-nya dikutip dari CNN Internasional, Selasa (23/6). "Kecewa dengan proklamasi ini. Kami akan terus berdiri dengan imigran dan bekerja untuk memperluas kesempatan bagi semua.”

Kekecewaan serupa disampaikan oleh Kepala kebijakan publik dan filantropi Twitter untuk AS Jessica Herrera-Flanigan. "Pernyataan ini (Trump) merusak aset ekonomi terbesar AS, keanekaragamannya," kata dia dalam pernyataan resminya. “Sangat merusak kekuatan ekonomi AS."

Hal senada diutarakan oleh Amazon. "Mencegah para profesional berketerampilan tinggi memasuki negara dan berkontribusi pada pemulihan ekonomi, menempatkan daya saing global AS dalam risiko," kata juru bicara Amazon.

Halaman: