Raksasa teknologi asal Tiongkok, Huawei berkolaborasi dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk menggelar pelatihan kepada 400 lebih pegawai. Para Pegawai Negeri Sipil (PNS) ini mendapatkan penataran terkait empat teknologi.

Keempatnya yakni kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), komputasi awan (cloud computing), jaringan internet generasi kelima (5G), dan maha data (big data). Pelatihan digelar secara online, sejak pertengahan hingga akhir Agustus.

Pelatihan itu bertujuan meningkatkan kemampuan pegawai BPPT di bidang Teknologi Informasi Komunikasi (TIK). "Kami berharap, pelatihan ini berkontribusi mendukung BPPT dalam penyusunan kebijakan nasional di bidang pengkajian dan penerapan teknologi," kata VP Public Affairs & Communication Huawei Indonesia Ken Qi dikutip dari siaran pers, Rabu (2/9).

Selain BPPT, Huawei bekerja sama dengan lembaga riset, perguruan tinggi, praktisi dan akademisi di Indonesia. Kolaborasi ini bertujuan menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia di bidang digital.

Perusahaan juga menyiapkan tolok ukur berstandar internasional, untuk pengembangan teknologi yang dibutuhkan oleh industri seperti 5G dan AI. Hal ini diharapkan dapat mendukung percepatan pemulihan ekonomi Indonesia, terutama saat pandemi Covid-19.

Kepala BPPT Hammam Riza menambahkan, kerja sama itu bertujuan memaksimalkan pemanfaatan teknologi di berbagai lini. “Ini untuk ketahanan pangan, layanan kesehatan, pendidikan, riset, mobilitas dan smart city di Indonesia," ujarnya.

Untuk menanggulangi pandemi corona misalnya, Huawei telah berkerja sama dengan Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek). Teknologi Huawei dimanfaatkan di sejumlah rumah sakit di Indonesia, untuk meningkatkan kualitas penanganan Covid-19. 

Rumah Sakit Pusat Pertamina dan Rumah Sakit Pertamina Jaya juga sudah menggunakan AI dan cloud milik Huawei. Ini untuk mempercepat upaya mendeteksi dan mendiagnosa virus corona.

Ada juga teknologi konferensi video yang diaplikasikan di Rumah Sakit Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto Jakarta. Dengan teknologi itu, tenaga medis bisa berkoordinasi dan memeriksa dari jarak jauh, guna meminimalkan risiko tertular virus.

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan