Pendapatan TikTok Naik 100%, Alibaba dan Tencent Diramal Meningkat 33%

ANTARA FOTO/REUTERS/Aly Song
Logo Alibaba Group terlihat saat festival belanja global Singles' Day 11.11 Alibaba Group di kantor pusat perusahaan tersebut di Hangzhou, provinsi Zhejiang, Tiongkok, Senin (11/11/2019).
2/2/2021, 12.00 WIB

Pendapatan pengembang TikTok, ByteDance meningkat dua kali lipat lebih atau 100% secara tahunan (year on year/yoy) sepanjang tahun lalu. Analis memperkirakan penghasilan raksasa teknologi Tiongkok, Alibaba dan Tencent naik hingga 33% pada kuartal IV 2020.

Alibaba rencananya akan mengumumkan laporan keuangan pada hari ini (2/2). Berdasarkan perkiraan Refinitiv, pendapatan Alibaba pada kuartal IV 2020 mencapai 215,4 miliar yuan atau US$ 33,3 miliar. 

"Perusahaan diperkirakan melaporkan lonjakan pendapatan 33% pada kuartal yang berakhir Desember 2020,” demikian tertulis pada laporan Refinitiv, dikutip dari CNN Internasional, Selasa (2/2).

Peningkatan pendapatan Alibaba pada kuartal IV tahun lalu didorong oleh promosi festival belanja Singles Day atau 11.11 selama akhir Oktober hingga awal November.

Alibaba memang mencetak rekor nilai transaksi bruto atau gross merchandise value (GMV) pada 11.11 tahun lalu yakni lebih dari 372,3 miliar yuan atau US$ 56,42 miliar. Nilainya melampaui pencapaian Singles Day 2019 sebesar 268,4 miliar yuan.

"Ini benar-benar menunjukkan bahwa kebiasaan konsumsi masyarakat beralih ke belanja online, tidak hanya di tingkat (tier) pertama (perkotaan) tetapi di seluruh negeri," kata CEO perusahaan teknologi dan pemasaran e-commerce WPIC, Jacob Cooke dikutip dari CNBC Internasional, tahun lalu (11/11/2020).

Selain itu, pendapatan perusahaan milik Jack Ma itu terdongkrak bisnis komputasi awan (cloud). Alibaba Cloud mencatatkan pertumbuhan pendapatan 60% yoy menjadi 14,8 miliar yuan atau US$ 2,1 miliar (Rp 29,9 triliun) pada kuartal III 2020.

Chairman dan Chief Executive Officer Alibaba Group Daniel Zhang mengatakan, tingginya pertumbuhan pendapatan ditopang oleh bisnis klien di sektor digital, keuangan, dan retail yang membaik. "Alibaba tetap kuat pada kuartal ini," katanya dalam siaran pers, tahun lalu (6/11/2020).

Meski begitu, investor meragukan bisnis Alibaba karena disorot oleh Beijing. Pemerintah Tiongkok menyelidiki raksasa teknologi ini terkait dugaan monopoli dan menghentikan rencana penawaran saham perdana alias IPO anak usaha, Ant Group.

Beijing juga menerbitkan aturan antimonopoli pada akhir tahun lalu. Perusahaan pun terancam denda 10% dari pendapatan atau sekitar US$ 7,8 miliar, jika terbukti menyalahgunakan dominasi pasar.

Pendapatan raksasa teknologi asal Tiongkok lainnya Tencent juga diperkirakan meningkat 24,6% yoy menjadi 131,83 miliar yuan atau sekitar US$ 20,36 miliar. Penghasilan bersih diprediksi tumbuh 29% menjadi 32,85 miliar yuan.

Analis Macquarie Han Joon Kim menilai, pendapatan Tencent didorong oleh kinerja bisnis gim seperti PUBG, yang kebanjiran pengguna selama pandemi corona. Pendapatan dari bisnis game online diperkirakan tumbuh 46% yoy menjadi 38 miliar yuan.

"Kami memperkirakan hasil yang solid pada kuartal IV 2020, dengan kekuatan dari bisnis game," kata Joon Kim dikutip dari CNBC Internasional, bulan lalu (26/1).

Sedangkan pengembang TikTok, ByteDance sudah mengumumkan laporan keuangan sepanjang tahun lalu. Pendapatan naik dua kali lipat lebih atau 100% menjadi US$ 35 miliar.

Laba operasi juga meningkat menjadi US$ 7 miliar pada tahun lalu. "Tahun sebelumnya, labanya kurang dari US$ 4 miliar," kata seseorang yang mengetahui masalah tersebut dikutip dari Bloomberg, bulan lalu (26/1).

Peningkatan pendapatan itu didorong oleh kinerja TikTok dan Douyin. Jumlah unduhan aplikasi TikTok selama Januari-November 2020 mencapai 934,6 juta. Secara keseluruhan, platform video pendek ini diunduh 2,5 miliar kali sejak dirilis pada 2016.

Namun, TikTok diblokir permanen di India. Aplikasi besutan Tiongkok ini juga menghadapi tekanan di Amerika Serikat (AS).

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan