Jumlah penguna aplikasi percakapan berbasis suara, Clubhouse meningkat 131% dalam dua pekan menjadi 8,1 juta. Di tengah lonjakan ini, keamanan platform justru disorot setelah salah satu pengguna mengunggah percakapan ke situs lain.
Data dari firma riset aplikasi App Annie menunjukkan, jumlah unduhan Clubhouse meningkat dari 3,5 juta menjadi 8,1 juta dalam dua minggu secara global. App Annie menilai, ini disebabkan oleh banyaknya tokoh teknologi dunia, publik figur hingga influencer yang menggunakan aplikasi ini.
Mereka di antaranya pendiri Tesla Elon Musk, CEO Facebook Mark Zuckerberg, Ashton Kutcher, Kanye West, Drake, Kevin Hart, dan banyak lagi.
Namun, aplikasi Clubhouse kini disorot terkait keamanan data. "Seorang pengguna tak dikenal dapat mengalirkan umpan audio Clubhouse dari beberapa ruang obrolan ke situs web pihak ketiga," kata juru bicara Clubhouse Reema Bahnasy dikutip dari Bloomberg, Senin (22/2).
Pakar keamanan siber memperhatikan bahwa audio dan metadata ditarik dari Clubhouse ke situs lain selama pekan lalu. “Seorang pengguna menyiapkan cara untuk membagikan login dari jarak jauh ke seluruh dunia,” kata CEO Internet 2.0 Robert Potter.
Ia mengatakan, pelaku di balik pencurian audio di Clubhouse tersebut membangun sistem menggunakan perangkat JavaScript. Ini memungkinkan mereka mengompilasi aplikasi.
Atas kejadian itu, Direktur Stanford Internet Observatory (SIO) sekaligus mantan kepala keamanan Facebook Alex Stamos menilai, Clubhouse tidak dapat menjanjikan privasi atas setiap obrolan.
Alhasil, pengguna aplikasi harus secara sadar menganggap bahwa semua percakapan dapat direkam. Alex menilai, akan menjadi masalah ke depan apabila pengguna mengira percakapan ini pernah bersifat pribadi.
Beberapa pekan lalu, SIO juga khawatir data percakapan suara di Clubhouse dikirim ke server di Negeri Panda. Ini karena infrastruktur back-end perusahaan media sosial itu disediakan oleh perusahaan Tiongkok bernama Agora.
Data-data yang dikirimkan berupa nomor ID pengguna. "Dari data itu, bisa dilihat siapa berbicara dengan siapa," kata SIO dikutip dari The Verge, pekan lalu (14/2).
Namun, Agora menegaskan, perusahaan tidak memiliki akses untuk membagikan atau menyimpan data pengguna akhir Clubhouse. Perusahaan juga membantah bahwa lalu lintas data suara pengguna di luar negeri dialihkan ke Tiongkok.
Meski begitu, Clubhouse telah menambahkan enkripsi dan pemblokiran untuk mencegah klien mengirim data ke server Tiongkok. Pengembang juga menyewa perusahaan keamanan eksternal untuk meninjau dan memvalidasi pembaruan aplikasi.
Sebelumnya, Path juga menawarkan platform media sosial yang bersifat eksklusif. Caranya, membatasi jumlah pertemanan hanya 50 orang untuk menjaga privasi.
Lalu, ditambah menjadi 150 orang. Alasannya, hasil penelitian profesor evolusi psikologi Oxford Robin Dunbar menunjukkan, hubungan sosial yang dapat dipertahankan oleh otak manusia hanya 150.
Konsep utama Path yakni eksklusivitas informasi, sama seperti Clubhouse. Jumlah penggunanya pun terus melonjak dari dua juta pada awal 2012 menjadi 10 juta pada Maret 2013.
Namun, Path tersandung persoalan privasi karena mengakses dan menyimpan kontak telepon pengguna tanpa izin pada 2012. Lalu, perusahaan diketahui menyimpan data pengguna di bawah umur, sehingga didenda US$ 800 ribu pada 2013.
Jumlah penggunanya pun terus menurun. Selain karena persoalan privasi, Path kalah saing dari Instagram dan Facebook. Platform ini pun ditutup pada Oktober 2018.