Susul Indonesia, Malaysia Gencar Gaet Microsoft, Amazon, Google

ANTARA FOTO/Setpres/Laily Rachev/Handout/sgd/wsj.
Presiden Joko Widodo (kanan) melakukan pertemuan empat mata (tete a tete) dengan Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin (kiri) di veranda Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (5/2/2021).
20/4/2021, 10.37 WIB

Perusahaan asal Amerika Serikat (AS), Microsoft menginvestasikan US$ 1 miliar atau Rp 14,5 triliun untuk membangun pusat data di Malaysia. Pemerintah negeri jiran ini juga menggaet raksasa teknologi lain seperti Amazon dan Google.

Microsoft lebih dulu mengumumkan rencananya membangun pusat data regional di Indonesia pada Februari. Kini, perusahaan AS itu melirik negara tetangga. "Ini sebagai bagian dari program kemitraan baru," kata Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin dikutip dari Reuters, Senin (19/4).

Raksasa teknologi tersebut akan membangun pusat data pertama di Malaysia. Ini terdiri dari beberapa data center yang akan berfungsi mengelola informasi dari berbagai negara.

"Kawasan pusat data itu akan mengubah permainan bagi Malaysia," kata Executive Vice President Microsoft Jean-Philippe Courtois. Pusat data ini nantinya memungkinkan pemerintah dan pelaku usaha mentransformasikan operasional.

Selain membangun pusat data, Microsoft memberikan pelatihan kepada satu juta warga Malaysia hingga akhir 2023. Perusahaan teknologi juga menyediakan fasilitas serupa di Indonesia.

Investasi dari Microsoft tersebut digadang-gadang menjadi investasi terbesar dari perusahaan teknologi AS di Malaysia. Sebelumnya, negeri jiran ini memberikan persetujuan bersyarat untuk investasi pusat data kepada Google, Amazon hingga Telekom Malaysia pada Februari.

Malaysia gencar mencari investasi dari perusahaan teknologi untuk meningkatkan investasi asing langsung (FDI). Sebab, Malaysia mengalami penurunan FDI 68% pada tahun lalu dan merupakan yang terbesar di Asia Tenggara.

Investasi dari Microsoft, Google, Amazon, dan lainnya dalam pengembangan pusat data dapat menghasilkan 12 miliar hingga 15 miliar ringgit dalam lima tahun.

Sebelumnya, mantan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak kecewa karena raksasa teknologi lebih memilih Indonesia. "Tesla akan ke Indonesia. Amazon akan ke Indonesia. Google akan ke Indonesia. Apa yang terjadi?" Kata Najib dalam unggahan di akun Facebook, akhir tahun lalu (14/12/2020).

Kini, pemerintah Malaysia serius menggaet raksasa teknologi. Di satu sisi, Malaysia unggul dari sisi daya saing digital dibandingkan Indonesia. Berdasarkan survei IMD World Digital Competitiveness Index 2020, Indonesia berada pada posisi 56, sementara negeri jiran ini 26 dari 63 negara.

Indeks tersebut berdasarkan tiga indikator yakni pengetahuan atau literasi, pembangunan teknologi, dan kesiapan transformasi. Secara berurutan, peringkat Indonesia untuk ketiganya yakni 63, 54, dan 48. Sedangkan Malaysia di posisi 19, 20, dan 32. Perbandingannya secara rinci dapat dilihat pada Tabel di bawah ini:

Perbandingan indeks daya saing digital Indonesia dan Malaysia (Katadata/Desy Setyowati)

Kemudian, cakupan akses internet di Tanah Air tertinggal dibandingkan Malaysia. Network Readiness Index 2019 Indonesia kalah dari Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Filipina.

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan