Raksasa teknologi asal Tiongkok, Tencent, menambah pusat data (data center) baru di empat negara, yakni Thailand, Hongkong, Jepang, dan Jerman. Tencen ingin bisa bersaing dengan raksasa teknologi Amerika Serikat (AS) Google hingga pesaingnya di Tiongkok Alibaba pada komputasi awan (cloud).
Senior vice-president of Tencent Cloud International Poshu Yeung mengatakan, keempat pusat data yang dibangun itu merupakan fasilitas tingkat tiga dan terletak di hub jaringan utama. Pusat data akan mengintegrasikan operator jaringan lokal dan internasional.
Pusat data baru itu akan menambah cakupan cloud global milik Tencent ke 27 wilayah dan 66 zona ketersediaan. "Tencent bertujuan untuk meningkatkan cakupan globalnya sebesar 30% tahun ini," kata Yeung dikutip dari ZDNet pada Jumat (4/6).
Pusat data baru juga akan mendukung peningkatan permintaan untuk layanan cloud secara global. "Pelanggan dari perusahaan akan menginginkan lebih banyak keragaman dalam penawaran layanan, serta opsi redundansi dan cadangan yang lebih kuat," kata Yeung.
Pada April lalu, pengembang gim PlayerUnkown's Battlegrounds atau PUBG itu juga meluncurkan pusat data pertama di Indonesia. Pusat data tersebut melengkapi akses backbone dan jaringan dari semua penyedia layanan internet utama di Indonesia dan global.
Yeung mengatakan bahwa pusat data itu didirikan di Indonesia karena pasar cloud di Indonesia besar. Menurutnya, pasar cloud publik Indonesia tumbuh paling cepat di Asia Pasifik. Rata-rata tingkat pertumbuhan tahunan sebesar 25%. Sedangkan pasarnya diperkirakan akan meningkat menjadi US$ 0,8 miliar pada 2023.
Apalagi, sebelum Tencent, saingannya Alibaba hingga Google telah lebih dulu meluncurkan pusat data di Indonesia. Anak usaha Alibaba sudah membangun dua pusat data di Indonesia. Mereka mempersiapkan pusat data ketiga yang ditargetkan beroperasi tahun ini.
Begitu juga dengan Google yang telah meluncurkan region Google Cloud Platform (GCP) di Jakarta, Juni 2020 lalu. Google Cloud juga telah menggaet banyak pelanggan perusahaan di Indonesia seperti Blue Bird, Link Net, Semen Indonesia, Tokopedia, BRI, XL Axiata, Gojek, Unilever, dan Ticket.com.
Di pasar global, Tencent memang tertinggal dari perusahaan teknologi lainnya di sektor bisnis cloud. Berdasarkan data Statista, Amazon Web Services menguasai sekitar 33% pasar cloud global. Microsoft menguasai 18%, dan Google 9%. Sisanya mencakup Alibaba, IBM, dan perusahaan penyedia layanan cloud lainnya.
Meski begitu, Yeung mengatakan bahwa perusahaan serius masuk ke sektor bisnis cloud karena potensinya yang besar. Apalagi, cloud merupakan sektor yang mengalami pertumbuhan kuat di tengah pandemi Covid-19 global. Hal ini didorong oleh upaya transformasi digital yang dipercepat.
Berdasarkan data Statista pada 2020, pengeluaran perusahaan untuk infrastuktur teknologi informasi (IT) diprediksi meningkat 3,8% tahun ini karena pandemi corona. Cloud menjadi salah satu yang diandalkan.
"Masa depan terletak pada teknologi basis data," kata President of Alibaba Cloud Database Products Business Feifei Li dalam siaran pers, September tahun lalu.
Sedangkan laporan Gartner menunjukkan, 75% basis data perusahaan global diprediksi masuk cakupan cloud pada 2023. Cloud juga akan menjadi lini bisnis utama Alibaba ke depan. Pada tahun ini, Alibaba berencana memperluas investasi pada bisnis cloud.