Tencent Perkuat Layanan Streaming saat Cina Gencar Bidik Pembuat Gim

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
ilustrasi PUBG
27/8/2021, 12.39 WIB

Pada Juli, Tiongkok mendenda Tencent 500 ribu yuan atau US$ 77.150 (Rp 1,1 miliar), karena melanggar aturan terkait monopoli. Badan Regulasi Pasar Tiongkok (SAMR) juga mencabut perjanjian hak eksklusif pengembang gim PUBG itu di industri musik.

Alhasil, Tencent mencatatkan perlambatan pertumbuhan pendapatan setelah beberapa kali didenda oleh Tiongkok. Penghasilannya tumbuh 20% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi 138,26 miliar yuan atau Rp 306 triliun pada kuartal II. Labanya 42,6 miliar yuan atau Rp 95 triliun.

Penghasilan dari lini bisnis game online tumbuh melambat, yakni hanya naik 12% menjadi 43 miliar yuan atau Rp 95 triliun. Tahun lalu, divisi ini tumbuh 40% dengan pendapatan 38,29 miliar yuan atau Rp 81,6 triliun.

Sedangkan kini regulator Cina berencana memperkuat pemeriksaan terhadap pengembangan game online. Selain itu, “memiliki ‘toleransi nol’ terhadap mereka yang mendistorsi sejarah,” kata National Radio (CNR) dalam kolom komentar di situs dikutip dari Reuters, dua pekan lalu (14/8).

Itu merupakan pernyataan baru dari serangkaian artikel kritis terkait regulasi di bidang teknologi, khususnya game online di Tiongkok. Salah satu berita yang tayang di media pemerintah bulan ini menyebut, bahwa gim online menjadi ‘candu spiritual’.

Artikel itu melaporkan bahwa anak-anak kecanduan bermain game online dan mendesak pembatasan yang lebih ketat. Ini membuat saham pengembang PUBG, Tencent Holdings Ltd dan perusahaan video game lainnya tergelincir.

Tencent pun segera mengumumkan peraturan baru bermain gim populer buatannya, yaitu Honor of Kings. Waktu bermain anak-anak dibatasi.

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan