Pendapatan Facebook, Twitter, YouTube Melorot karena Kebijakan Apple

ANTARA FOTO/REUTERS/Dado Ruvic/Illustration/File Photo/AWW/sa.
Siluet pengguna ponsel terlihat di ping proyeksi layar logo Apple dalam ilustrasi gambar yang diambil pada Rabu (28/3/2018).
2/11/2021, 10.39 WIB

Riset dari perusahaan data periklanan Lotame mengungkapkan, kebijakan privasi Apple membuat Facebook, Twitter, Snap, dan YouTube kehilangan 12% pendapatan dari iklan pada kuartal III dan IV tahun ini. Kerugiannya bisa mencapai US$ 10 miliar atau Rp 142 triliun.

COO Lotame Mike Woosley mengatakan, keempat aplikasi itu kehilangan pendapatan karena kebijakan privasi Apple membuat keuntungan pengiklan berkurang. Para pengiklan tidak bisa lagi menargetkan konsumen dengan tepat di Facebook hingga YouTube.

Ia mencontohkan, merek pakaian dalam pria yang beriklan di Facebook kini tidak bisa lagi mendapatkan analisis data pengguna Facebook berdasarkan gender secara akurat.

"Sekarang, untuk menargetkan pembeli 1.000 pria, pengiklan harus menunjukkan produk kepada 2.000 pengguna. Ini karena tiba-tiba pengiklan tidak tahu siapa pengguna pria dan siapa wanita," kata Woosley dikutip dari Business Insider, Senin (1/11).

Facebook tercatat mengalami kerugian terbesar imbas kebijakan privasi Apple. Perusahaan yang berganti nama menjadi Meta ini memperkirakan pendapatan iklan kuartal III dan IV di atas US$ 60 miliar.

Namun Latome menyebutkan bahwa kebijakan Apple membuat pendapatan iklan Facebook berkurang 13,2% dari yang diproyeksikan.

Begitu juga Snap. Pendapatan dari iklan diprediksi turun 13,2% dari proyeksi US$ 2 miliar.

Sedangkan pendapatan iklan YouTube diperkirakan hanya berkurang 7,7% dari target US$ 15 miliar. Lalu Twitter turun 7,4% dari US$ 2 miliar.

Chief Executive of Wayflyer Aidan Corbett mengatakan, Facebook mematok biaya periklanan yang besar kepada para pengiklan. "Jika kemampuan Anda untuk beriklan di Facebook tidak lagi ekonomis, pengiklan akan segera pindah,” katanya. 

Bahkan, bisa saja para pengiklan beralih untuk beriklan di aplikasi seperti TikTok. "Sebab, TikTok menjadi sangat populer dan jauh lebih murah," ujarnya.

Facebook mengatakan, perubahan kebijakan privasi Apple dapat menghancurkan sebagian dari bisnis periklanan. COO Facebook Sheryl Sandberg menyampaikan, akurasi penargetan iklan perusahaan jadi menurun.

"Ini meningkatkan biaya untuk mendorong hasil bagi pengiklan kami," kata Sheryl dikutip dari Financial Times, Minggu (31/10).

CFO Facebook David Wehner juga memperkirakan, kinerja perusahaan tidak sesuai target pada kuartal III dan IV. “Pertumbuhan penjualan bisa melambat karena perubahan peraturan dan platform," kata Wehner.

Apple menerapkan kebijakan yang berisi persyaratan keikutsertaan aplikasi pada iOS 14 dan iOS 14.5 sejak April. Produsen iPhone ini mengharuskan pengguna memberikan izin eksplisit kepada aplikasi untuk melacak perilaku dan menjual data pribadi kepada pengiklan.

Data yang dimaksud seperti usia, lokasi, kebiasaan belanja, dan informasi kesehatan.

CEO Apple Tim Cook mengatakan, kebijakan itu dibuat agar perusahaan teknologi memberikan perlindungan privasi yang lebih besar kepada konsumen. "Setiap aplikasi, termasuk yang ada di App Store, harus membagikan cara pengumpulan data dan praktik privasi mereka," kata Tim dikutip dari CNET, pada Februari (2/2).

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan