Lelucon (prank) menelepon teman menggunakan suara mesin penjawab otomatis, tren di TikTok belakangan ini. Namun, perusahaan keamanan siber asal Rusia Kaspersky mengingatkan bahwa hal ini membahayakan pengguna.
Sebab, tren itu bisa dimanfaatkan oleh pelaku penipuan online dengan modus Vishing atau kependekan dari voice phishing. Ini adalah taktik penipuan dengan cara meyakinkan seseorang untuk menelepon penipu online dan membagikan informasi pribadi misalnya, data bank.
Tren prank di TikTok tersebut sebagai berikut:
- Pengguna TikTok yang melakukan prank akan memperkenalkan diri sebagai perwakilan dari Costumer Service toko online terkenal
- Lalu berpura-pura menerima pembelian dari korban dengan jumlah sekian ribu dolar dan meminta konfirmasi
- Tidak peduli bagaimana korban menjawab, pengguna TikTok yang melakukan prank akan menggunakan mesin penjawab. Suaranya berbunyi “Thank you, your order has been confirmed.”
- Korban berpikir bahwa mesin penjawab salah mendengar dan dana akan tetap ditarik secara langsung dari akun mereka
- Hal itu akan membuat mereka panik dan tidak menyadari tengah menjadi korban prank
Cara tersebut mirip dengan modus penipuan online lewat telepon.
“Email phishing biasanya meminta korban mengeklik tautan tertentu untuk membatalkan pembelian. Sedangkan vishing email meminta korban segera menelepon Costumer Support yang tertera di surat elektronik,” kata pakar keamanan Kaspersky dalam keterangan pers, Selasa (12/7).
Pakar keamanan Kaspersky mengatakan, metode itu dipilih oleh penipu online karena ketika korban berbicara melalui telepon, mereka dihadapkan dengan situasi yang membingungkan.
“Korban memiliki tendensi untuk kehilangan fokus,” ujar dia.
Pda situasi itu, penipu akan melakukan apa saja untuk memastikan korban tetap di bawah tekanan. Caranya sebagai berikut:
- Membuat korban merasa terburu-buru
- Mengintimidasi dan meminta mereka segera memberikan detail kartu kredit untuk membatalkan ‘transaksi’ palsu tersebut
- Setelah mendapatkan detail rekening bank korban, para pelaku kejahatan siber ini akan menggunakan informasi tersebut untuk mencuri uang dan menguras tabungan korban.
Kaspersky mendeteksi hampir 350 ribu vishing email selama Maret – Juni. Penipu meminta korban menelepon dan membatalkan transaksi.
Jumlah email vishing secara total meningkat tajam menjadi hampir 100 ribu pada Juni. Peneliti Kaspersky memprediksi tren ini mendapat momentum dan bisa terus berkembang.
Terlebih lagi, pengguna TikTok secara aktif mengulangi skema vishing. Meskipun tidak mengirim email tipuan atau mencuri apapun dari target, melainkan hanya bersifat hiburan.
“Namun, ketika korban diyakinkan untuk membagikan data pribadi melalui telepon, bukan dari situs, korban tidak punya banyak waktu untuk menduga mereka adalah target hoax,” kata pakar.
Selain itu, “banyaknya video di Tiktok tentang lelucon ini bisa menjadi contoh yang membahayakan,” tambah dia.
“Ketika melihat video seperti itu, Anda mungkin berpikir ‘siapa yang akan berhasil tertipu oleh skema seperti ini?’ Namun nyatanya, ketika orang dihadapkan dengan penipuan telepon, mereka rata-rata dipengaruhi oleh banyak kondisi dalam satu waktu,” ujarnya.
Kaspersky merekomendasi lima cara untuk mengantisipasi penipuan dengan modus telepon, di antaranya:
1. Cek alamat pengirim email
Kebanyakan email spam datang dari alamat yang tidak tertulis dengan jelas. Contohnya amazondeals@tX94002222aitx2.com atau sejenisnya.
Dengan mengecek nama pengirim, yang mungkin saja salah eja, Anda bisa melihat alamat email lengkap. Jika Anda tidak yakin email itu asli atau palsu, cek di mesin pencarian atau browser.
2. Pertimbangkan informasi yang diminta
Perusahaan resmi tidak menghubungi konsumen secara tiba-tiba melalui email. Mereka juga tidak meminta data pribadi seperti rincian nomor rekening atau kartu kredit, nomor identitas atau data sensitif lainnya.
Secara umum, pesan yang secara tiba-tiba datang, lalu meminta Anda “verify account details” atau “update your account information” harus disikapi secara hati-hati.
3. Jika pesan itu berisi konteks yang mendesak, berhati-hatilah
Penipu atau spammers biasanya menggunakan taktik tersebut agar korban merasa terpojok. Contohnya, judul email mungkin memuat kata “urgent” atau “immediate action required” agar korban merasa harus melakukan tindakan.
4. Mengecek tata bahasa dan ejaan
Salah penulisan atau tata bahasa yang buruk adalah pertanda penipuan. Demikian juga kata-kata yang aneh atau kalimat janggal, yang bisa jadi adalah hasil terjemahan email ke berbagai bahasa.
5. Mengunduh produk keamanan siber