Waspada, Ada Penipuan Online dengan Iming-iming Hadiah Bitcoin

Unsplash/Brian Wangenheim
Ilustrasi: Mata uang kripto Bitcoin.
Penulis: Adi Ahdiat
17/7/2022, 14.38 WIB

Perusahaan pembuat software antivirus Kaspersky menemukan modus kejahatan siber baru, di mana pelaku mengatasnamakan perusahaan teknologi NVIDIA dan mengiming-imingi calon korban dengan hadiah berupa Bitcoin.

"Penipuan kripto yang menggunakan foto selebriti atau merek terkenal menjadi marak belakangan ini. Kali ini, penyerang melakukan hal yang lebih jauh, membuat situs palsu mengatasnamakan CEO NVIDIA," kata Pakar Keamanan Kaspersky Olga Svistunova dalam siaran persnya, dikutip dari Antara, Minggu (17/7/2022).

Menurut temuan Kaspersky, pelaku penipuan ini membuat situs palsu bertuliskan "Perayaan Ulang Tahun ke-30 Perusahaan NVIDIA", di mana pengunjung situsnya dapat berpartisipasi dan berkesempatan mendapatkan hadiah total 50 ribu Bitcoin.

Di situs palsu tersebut terdapat tombol "Participate", yang jika diklik akan membawa pengunjung ke laman berisi informasi detail tentang mekanisme pembagian hadiah. Laman tersebut kemudian membujuk korban untuk mendonasikan sejumlah uang supaya bisa memenangkan hadiahnya. Dalam laman itu juga terpapar foto Jensen Huang, CEO NVIDIA.

"Saran utama kami adalah untuk berhati-hati menelusuri tautan yang Anda ikuti di internet, dan hindari donasi dalam bentuk apapun dari sumber yang belum terpercaya," jelas Olga.

"Jika ada salah pengejaan (teks di dalam situs) atau kejanggalan lainnya, Anda perlu waspada. Kadang, situs palsu mirip seperti aslinya, tergantung dari seberapa canggih kriminal ini membuatnya," lanjutnya.

Kaspersky juga menyarankan sejumlah langkah sederhana untuk menghindari penipuan online, yaitu mengecek setiap tautan sebelum diklik, serta selalu log out setelah menggunakan akun di internet.

"Selain itu, gunakan perangkat lunak keamanan terpercaya yang dapat membantu memeriksa keamanan URL," tambahnya lagi.

Adapun menurut laporan Status Literasi Digital Indonesia 2021 dari Kemenkominfo dan Katadata Insight Center (KIC), masyarakat Indonesia umumnya memiliki tingkat perlindungan keamanan perangkat digital yang rendah.

Dari 10 ribu responden yang disurvei, hanya ada sekitar 6,2% yang memasang fitur antivirus di gawai pribadi seperti ponsel, komputer, atau laptop.