Perang Teknologi, Korea Selatan Terjepit antara AS dan Cina

ANTARA FOTO/REUTERS/Jonathan Ernst/aww/sad.
Presiden AS Joe Biden menyoroti chip semikonduktor di kampus Gedung Putih di Washington, AS, Rabu (9/3/2022).
Penulis: Lenny Septiani
Editor: Yuliawati
16/8/2022, 10.46 WIB

Perusahaan produsen cip semikonduktor asal Korea Selatan dalam posisi sulit seiring Amerika Serikat menyalurkan insentif hampir US$ 53 miliar atau sekitar Rp 781 triliun. Produsen asal Korea Selatan, Samsung Electronics dan SK Hynix, khawatir kehilangan Cina sebagai mitra dagang dan bisnisnya.

Saat ini Amerika Serikat (AS) sedang mengembangkan manufaktur chip di Korea Selatan, karena khawatir perannya dikalahkan oleh Cina dalam rantai pasokan global.

Dikutip dari The Star, Korea Selatan ingin berada pada posisi yang berimbang di antara dua mitra dagang besarnya. Produsen Samsung Electronics dan SK Hynix memilih menghindari konflik geopolitik yang dapat merusak kepentingan bisnis.

Tekanan dari Washington diperkirakan akan meningkat setelah Presiden AS Joe Biden menandatangani Undang-undang Chips and Science Act pada Selasa (9/8).

Pengesahan undang-undang tersebut, meningkatkan upaya Washington untuk membentuk Aliansi Chip 4, sebuah kemitraan yang mencakup Korea Selatan, Taiwan, dan Jepang. Beijing melihat aliansi ini sebagai plot pemerintah AS untuk mengecualikan Cina dari rantai pasokan semikonduktor global.

Ekonom senior Asia-Pasifik bank investasi Natixis Gary Ng mengatakan jika Samsung dan SK Hynix memanfaatkan pendanaan dari Washington, kemungkinan besar mempengaruhi ekspansi kedua perusahaan mereka di Cina.

Dengan menerima bantuan AS, penerima subsidi dilarang memperluas produksi di Cina di luar “semikonduktor lama” – yang didefinisikan sebagai chip yang dibuat dengan teknologi proses 28 nanometer atau lebih lama – selama 10 tahun.

Pemerintah AS memiliki kuasa untuk memutuskan apa yang akan diklasifikasikan sebagai perangkat warisan di segmen pasar chip memori, di mana Samsung dan SK Hynix adalah dua produsen terbesar di dunia.

Namun, Samsung dan SK Hynix telah melakukan investasi besar dan kuat untuk membangun dan mengoperasikan pengecoran chip di daratan China. Karenanya, tidak mungkin bagi kedua perusahaan, untuk meninggalkan aset dan kepentingan bisnis di negara ekonomi terbesar kedua di dunia itu.

Peneliti semikonduktor senior dari Institut Riset Ekonomi Taiwan Arisa Liu mengatakan Korea Selatan berada dibawah tekanan yang lebih besar dibandingkan Taiwan. Hal tersebut didasari pada investasi Samsung di China sejak 2012 telah mencapai US$ 25,8 miliar.

Dua pabrik Samsung di Xian menyumbang 42% dari total kapasitas produksi NAND flash (chips) perusahaan.

“Jika dua pabik besar di Cina ini tidak lagi dapat menggunakan proses (manufaktur chip yang lebih maju, mereka mungkin secara bertahap kehilangan daya saing mereka,” kata Liu.

Sementara itu, SK Hynix memiliki pabrik di Wuxi yang menyumbang 45% dari total kapasitas produksi dynamic random-access memory (DRAM) perusahaan.

Menjaga agar operasi manufaktur di Cina tetap relevan dalam industri semikonduktor global mencerminkan bagaimana pemerintah Seoul menyelesaikan pekerjaan mereka, saat mereka menavigasi perairan diplomatik yang berombak antara AS dan Cina.

Pada hari yang sama dengan disahkannya UU Chips dan Science Act di AS, perwakilan Cina dan Korea Selatan bertemu di Qingdao dalam rangka perjanjian memperkuat ikatan dan rantai pasokan yang stabil di tengah ketegangan geopolitik.

Mengkritik undang-undang baru AS, Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengatakan Cina menentang politisasi ekonomi dan persenjataan perdagangan.

Sebelumnya Presiden Korea Selatang Yoon Suk Yeol berusaha menenangkan atas negara yang bergabung dengan Chip 4 Alliance yang dipimpin AS dan berjanji untuk memberikan prioritas pada kepentingan nasional dalam menentukan tindakan Seoul.

“Instansi pemerintah terkait akan mempelajari dan mendiskusikan masalah ini untuk menjaga kepentingan nasional,” kata Yoon.

Namun, baik Samsung dan SK Hynix telah melakukan lindung nilai dengan rencana manufaktur semikonduktor baru yang besar di AS.

Pada Juli, Biden memuji rencana dari perusahaan induk SK Hynix, SK Group, yang menginvestasikan US$ 22 miliar dalam proyek semikonduktor, energi hijau, dan biosains di AS.

Reporter: Lenny Septiani