Pertamina Target Turunkan 81 Juta Ton Emisi Karbon pada 2060

ANTARA/HO-Pertamina.
Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati.
3/11/2021, 11.48 WIB

Pertamina menargetkan untuk menurunkan emisi karbon dioksida (CO2) hingga 81,4 juta ton pada 2060. Hal ini dilakukan guna mendukung langkah pemerintah dalam mewujudkan Net Zero Emission atau nol emisi karbon.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan dalam rangka mengatasi perubahan iklim, transisi energi ke energi baru terbarukan (EBT) akan terus berlanjut sesuai arahan presiden. Namun harus sejalan dengan prinsip ketahanan energi, aksesibilitas, dan keterjangkauan.

"Dari perspektif itu, Pertamina akan terus berusaha mengupayakan adanya keseimbangan antara agenda perubahan iklim dan ketahanan energi di Indonesia serta keberlanjutan perusahaan," ujarnya pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa COP26 di Glasgow, Skotlandia Selasa, (2/11).

Di sektor energi, pemerintah berambisi mengurangi emisi sebanyak 314 juta ton setara CO2 (CO2e) pada 2030. Di mana 183 juta ton atau lebih dari 50% diantaranya merupakan target sektor EBT. Target ini dituangkan dalam peta jalan transisi energi Indonesia yang disebut National Energy Grand Strategy.

Dalam roadmap menyebutkan bahwa dengan kondisi bauran energi saat ini yang masih berada pada level sekitar 9%, maka pada tahun 2050 akan meningkat menjadi 31%. Sektor energi merupakan salah satu sektor penyumbang emisi karbon terbesar, simak databoks berikut:

Oleh sebab itu, untuk dapat memberikan hasil yang signifikan dalam memitigasi perubahan iklim, maka dengan pola bisnis seperti saat ini, sektor Migas secara global harus mengurangi emisi setidaknya 3,5 miliar ton CO2e per tahun pada 2050.

Bahkan, jika permintaan energi migas masih seperti kondisi normal, maka sektor migas dapat mengurangi sebagian besar emisinya, dengan biaya lebih rendah dari rata-rata US$ 50 per ton CO2e.

Hal ini dapat dilakukan melalui intervensi pada kegiatan yang paling menghemat biaya. Menurut Nicke, perubahan dan penyesuaian proses bisnis akan membantu perusahaan mengurangi konsumsi energi dan mendukung pengurangan emisi.

Selain itu, Pertamina juga memiliki beberapa program yang merupakan Program Environmental, Social, and Governance (ESG) yang sebagian besar arahnya adalah dekarbonisasi. Pada 2020 lalu, Pertamina telah memberikan kontribusi dalam penurunan emisi sebesar 27,08% dibandingkan dengan target nasional sebesar 26%.

Pencapaian penurunan emisi tersebut antara lain diperoleh dari pemanfaatan gas suar di sektor hulu dan pengolahan, baik untuk bahan bakar penggunaan sendiri dan untuk pasokan gas ke pelanggan.

Pemanfaatan kembali limbah panas di hulu dan kilang serta inisiatif efisiensi energi dalam kegiatan panas bumi dan lainnya. Gasifikasi bahan bakar di hulu juga turut berkontribusi, serta kegiatan lainnya seperti komersialisasi pelepasan CO2 ke pelanggan di hulu, dan optimasi proses lainnya di kegiatan panas bumi.

Melalui delapan program inisiatif yang telah berjalan, saat ini Pertamina menurut Nicke telah memiliki kapasitas panas bumi terbesar di Indonesia. Bahkan sedang dalam proses untuk menjadi perusahaan panas bumi nasional dan perusahaan panas bumi terbesar kedua di dunia yang akan berkembang dalam lima tahun ke depan.

Pertamina juga akan mengembangkan green hidrogen di area Geothermal dengan pilot project di Wilayah Kerja Ulubelu untuk menjadi sumber bioenergi di Kilang Plaju, serta berpartisipasi dalam ekosistem baterai EV bersama PLN dan MIND ID dengan memanfaatkan bahan baku nikel yang melimpah.

Pertamina juga sangat berambisi mengembangkan gasifikasi dengan pabrik Methanol yang diharapkan onstream pada 2025. Selain itu, yang tak kalah penting adalah Pertamina baru saja menandatangani perjanjian dengan perusahaan energi global untuk mengembangkan Carbon Capture & Utilization and Storage (CCUS).

"Pertamina juga memiliki inisiatif yang sangat rinci terkait dengan program SDGs. Ini merupakan target yang sangat ambisius,” kata Nicke. Simak capaian penurunan emisi karbon di sektor energi pada databoks berikut:

Reporter: Verda Nano Setiawan