Jokowi Andalkan Insentif PPN untuk Genjot Penjualan Mobil Listrik

ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/rwa.
Presiden Joko Widodo (kanan) melihat mobil yang dipamerkan saat mengunjungi stan BYD pada pembukaan Indonesian International Motor Show (IIMS) 2024 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (15/2/2024). Pameran otomotif IIMS 2024 yang diikuti 53 merek kendaraan dan 187 peserta dari berbagai sektor itu digelar pada 15-25 Februari dengan target transaksi mencapai Rp5,3 triliun.
15/2/2024, 12.37 WIB

Presiden Joko Widodo mengatakan saat ini pemerintah belum berencana untuk menambahkan insentif bagi mobil listrik. Jokowi mengandalkan insentif pajak pertambahan nilai (PPN) untuk menggenjot penjualan mobil listrik.

"Kita kan sudah mendorong dengan pengurangan PPN. Saya kira ini akan mendorong penjualan," ujar Jokowi di sela-sela pembukaan IIMS 2024 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (15/2/2024).

Jokowi mengatakan, dirinya juga mendorong agar produsen mobil listrik melakukan produksi di Indonesia.  Apalagi Indonesia memiliki sumber daya baterai mobil listrik yaitu nikel.

"Saya pengen masa depan otomotif itu ada di mobil listrik karena kita memiliki bahan baku nikel dan lainnya," ujarnya.

Di juga mendorong agar mobil listrik memiliki tingkat komponen dalam negeri yang tiggi. Dengan deikian, mobil listrik buatan Indonesia bisa bersaing dengan negara lain.

Tidak hanya mobil pribadi, Jokowi juga mendorong agar penggunaan kendaraan listrik untuk transportasi umum.

"Semuanya kita dorong, tujuannya agar semuanya berproduksi di Indonesia. Semua merek kendaraan listrik berproduksi di Indonesia. Karena kita mempunyai kekuatan baterai kendaraan listrik," ujarnya.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan pemerintah telah menyiapkan insentif bagi para investor supaya mau membangun pabrik mobil listrik di Indonesia.

Ia mengatakan saat ini Indonesia baru memiliki empat pabrik mobil listrik yakni milik Wuling, DFSK, Hyundai dan Chery, namun menurutnya kapasitas produksi dari keempat pabrik tersebut masih rendah.

"Indonesia sudah punya empat, Wuling, DFSK, Hyundai, sama Chery. Saya kira itu masih cukup rendah kapasitas produksinya dalam setahun di bawah 100 ribu," kata Agus.

Agus mengatakan, pembangunan pabrik mobil listrik di dalam negeri dibutuhkan guna mencapai target serapan pasar kendaraan, serta agar Indonesia bisa bersaing di pasar internasional.

"Kita sudah siapkan insentif, semua bisa kita siapkan untuk kompetitif dengan Thailand," katanya.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu