Presiden Energi Industri ABB Asia, Anders Maltesen, mengatakan Indonesia harus mulai melakukan transisi ke lapangan kerja hijau atau green jobs. Pasalnya, potensi besar yang ada saat transisi energi bisa menjadi malapetaka tanpa adanya dukungan yang tepat dalam pengembangan keterampilan baru.
"Terdapat kekhawatiran bahwa perubahan ini akan menyebabkan hilangnya lapangan pekerjaan yang sudah ada dan ketertinggalan," ujarnya saat ditemui di Senayan, Selasa (25/6).
Dia mengatakan, Indonesia memiliki target dalam mencapai bauran energi bersih guna mencapai net zero emission (NZE). Sektor energi di Indonesia saat ini menyediakan lapangan pekerjaan bagi 1,3 juta orang atau 1% dari total tenaga kerja. Dengan begitu transisi ke lapangan hijau atau green jobs menjadi sebuah keharusan.
Anders mengatakan, perjalanan menuju target NZE berpotensi menciptakan pekerjaan yang berkelanjutan dari berbagai industri. Ia mencontohkan industri otomotif yang bertransformasi sehingga menggunakan teknologi baterai hingga hidrogen.
Maka dari itu, pengembangan potensi dan keterampilan tenaga kerja hijau menjadi suatu hal yang sangat penting. Menurutnya, kolaborasi dengan pemimpin industri, pemerintah, dan institusi pendidikan untuk memasukkan keterampilan ke dalam pengembangan pengetahuan adalah kunci.
Untuk itu, ABB telah berkolaborasi dengan universitas regional dan lokal dalam mendorong pertumbuhan holistik, termasuk pembangunan pengetahuan, pengembangan keterampilan, dan mentorship.
"ABB dan Imperial College London baru-baru ini memperpanjang kolaborasi mereka ke pabrik percontohan penangkapan karbon yang unik, menyediakan pelatihan praktis bagi generasi pekerja nol bersih berikutnya, mendidik lebih dari 4.500 mahasiswa sejak 2012," ucapnya.
Sedangkan, untuk di Indonesia, ABB bermitra dengan Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Indonesia (UI) dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Kerja sama dilakukan untuk memelihara talenta teknis, pengembangan teknologi canggih, dan melakukan studi bersama serta penelitian, di bidang seperti integrasi energi terbarukan dan digitalisasi jaringan listrik.
"Untuk membuatnya lebih pintar serta peluang pendidikan tinggi untuk mendorong pengembangan kompetensi dalam teknologi tenaga listrik," ujarnya.
Semua pelaku industri energi harus berkolaborasi untuk dapat mencapai target Indonesia dalam mencapai transisi energi dan Net Zero Emission (NZE).
Anders mengatakan, pelaku industri energi harus mampu berkolaborasi melalui kemitraan strategis antar negara, wilayah, hingga komunitas lokal. Meskipun beberapa kemajuan telah dicapai dalam kerangka politik dan regulasi, kemajuan yang signifikan masih diperlukan untuk mempersiapkan tingkat kesiapan dalam aspek teknis-ekonomi, investasi, dan sosial.
"Sementara pada tingkat industri, upaya dekarbonisasi memerlukan kolaborasi industri yang kuat," ujarnya.