Kiwoom Sekuritas Indonesia memprediksi beberapa negara industri penghasil emisi karbon tinggi berpotensi menjadi pembeli utama karbon yang diperdagangkan di Bursa Karbon Indonesia atau IDXCarbon.
Head of Marketing, Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas Indonesia, Oktavianus Audi Kasmarandana, mengatakan negara-negara industri yang menghasilkan emisi karbon tinggi, seperti Amerika Serikat (AS), akan menjadi pelanggan dari perdagangan karbon di Indonesia.
"Selain itu, perusahaan dari Uni Eropa, Jepang, hingga Tiongkok menjadi potensi pembeli terbesar untuk kredit karbon di IDX," ujar Oktavianus ketika dikonfirmasi Katadata.co.id, Rabu (15/1).
Oktavianus mengatakan, kendala bursa karbon Indonesia saat ini adalah minimnya likuiditas di pasar, sehingga pelepasan unit karbon kepada investor asing diharapkan dapat mendorong likuiditas dan aktivitas bursa karbon.
Daya tarik bursa karbon Indonesia akan lebih tinggi untuk investor asing bilamana regulator memberikan program insentif dan inovasi produk. Ia meyakini kebutuhan jangka panjang untuk mencapai net zero emissions global dan bertambahnya produk bursa karbon akan mendorong volume transaksi di masa depan.
"Beberapa negara dengan sumber daya yang lebih terbatas akan cenderung mencari alternatif untuk mencapai target Kesepakatan Paris," ujarnya.
Oktavianus mengatakan, potensi tersebut dapat dimanfaatkan Indonesia dengan potensi sumber kredit karbon yang sangat melimpah, mulai dari hutan tropis hingga potensi energi baru terbarukan yang memberikan basis kredit karbon yang solid.
"Selain itu, dukungan regulasi terkait peraturan dan adanya Sistem Registrasi Nasional (SRN PPI), serta komitmen pemerintah untuk mengurasi emisi gas rumah kaca sebesar 31% dengan usaha sendiri dan 43% dukungan internasional pada 2030 akan menjadi katalis bagi bursa karbon," ucapnya.