Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla mengeluhkan lambannya pengembangan pembangkit dari energi baru terbarukan (EBT). Walhasil, ia memerintahkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan hingga PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) mencari jalan keluar lambannya EBT berkembang.
Hal ini dikatakan Kalla saat membuka The 7th Indonesia International Geothermal Convention & Exhibition (IIGCE) di Jakarta Convention Centre, Jakarta, Selasa (13/8). Dia memberi contoh selama lebih dari 35 tahun, Indonesia baru memiliki beberapa Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) seperti di Kamojang dan Patuha (Jawa Barat), Dieng (Jawa Tengah), hingga Lahendong (Sulawesi Utara).
Adapun kapasitas yang baru terpasang hingga saat ini mencapai 1.948,5 MW. Oleh sebab itu ia meminta Jonan dan PLN bertindak mengingat pembangkit ini perlu dikembangkan demi produksi listrik dari energi yang lebih bersih.
"Sudah beberapa kali konferensi ini kemajuan sangat lamban" kata Kalla. "Ini harus jadi kajian pak Menteri dan ibu (Plt) Direktur Utama PLN," ujar Kalla.
Adapun kapasitas yang baru terpasang hingga saat ini mencapai 1.948,5 MW. Oleh sebab itu ia meminta Jonan dan PLN bertindak mengingat pembangkit ini perlu dikembangkan demi produksi listrik dari energi yang lebih bersih.
"Sudah beberapa kali konferensi ini kemajuan sangat lamban" kata Kalla. "Ini harus jadi kajian pak Menteri dan ibu (Plt) Direktur Utama PLN," ujar Kalla.
(Baca: Jusuf Kalla: Investasi Energi Fosil Murah Tapi Biaya Operasinya Mahal)
"Jadi teknologi itu (sebenarnya) bukan masalah," katanya.
Ketua Asosiasi Panas Bumi Indonesia Prijandaru Effendi dalam pemaparannya menjelaskan, untuk mencapai target porsi EBT dalam bauran energi sebesar 23 persen pada 2025, pasokan listrik dari energi panas bumi harus mencapai 7.200 MW.
Dia mengatakan, saat ini pasokan listrik dari panas bumi baru mencapai 1.948,5 MW,. Sedangkan tahun ini pasokan listrik dari panas bumi ditargetkan menjadi 2.533 MW. Tambahan ditargetkan datang dari pengoperasian beberapa PLTP.
"Tahun ini ada tambahan 185 MW yang akan dihasilkan dari Muara Labouh, Lumut Balai, Sorik Merapi, dan Sokoria," katanya.
(Baca: Kejar Target Bauran Energi 23%, Kementerian ESDM Susun Peta Jalan)
Menurut Prijandaru, dibutuhkan sekurangnya 5.000 MW listrik dari tenaga panas bumi untuk mengejar target porsi EBT dalam bauran energi.Dia mengatakan target tersebut akan tercapai dalam waktu 5 tahun.Lebih lanjut ia mengungkapkan, panas bumi akan menjadi tulang punggung pengembangan EBT di Indonesia. Hal ini sesuai dengan tema dalam The 7th Indonesia International Geothermal Convention and Exhibition 2019. "Dipilihnya tema ini menegaskan komitmen bersama untuk transisi energi nasional beralih ke EBT dimana panas bumi jadi tulang punggung," kata Prijadaru.
Reporter: Verda Nano Setiawan