Penerapan Energi Terbarukan Berpotensi Gerus Kontribusi Ekspor Sawit

Arief Kamaludin | Katadata
Biodiesel murni dan campuran solar dengan kadar 10 dan 20 persen.
Penulis: Michael Reily
Editor: Ekarina
10/1/2019, 10.25 WIB

Dua program energi terbarukan yang dalam tahap pengembangan oleh pemerintah yaitu pemanfaatan biodiesel serta program greenfuel. Program itu bertujuan untuk mengurangi konsumsi impor dan bahan bakar fosil, serta meningkatkan nilai tambah industri hilir sawit.

Direktur Bioenergi, Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Andriah Feby Misna mengungkapkan program greenfuel masih dalam uji coba. Saat ini, pemerintah mencoba teknologi hidrokarbon sawit sekitar 7,5% sampai 15%.

(Baca: Toyota, Mitsubishi, dan Sokon Siap Ikuti Proses Uji Jalan B30)

Feby menyebutkan, Pertamina sedang memproses penggunaan greenfuel dengan kadar sekitar 15%-20%. Namun, target penetapan program ini masih belum bisa ditentukan waktunya. "Pengujian di laboratorium sudah berhasil, tetapi kami mau lihat dalam skala besar," katanya.

Menurut Feby, kadar sawit dalam greenfuel yang masih kecil untuk uji coba belum akan bertentangan dengan manfaat CPO secara umum. Namun, ke depan, dia tak menampik akan ada konflik dalam pemanfaatan CPO untuk kebutuhan pangan atau ekspor.

Halaman:
Reporter: Michael Reily