Potensi Investasi EBT di Indonesia Capai Rp 579 Triliun

ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Ilustrasi, panel listrik tenaga surya di Hotel Wujil, Ungaran, Jawa Tengah, Rabu (30/10/2016). Kementerian ESDM menyebut potensi investasi EBT di Indonesia mencapai Rp 579 triliun.
14/8/2020, 15.26 WIB

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral atau ESDM menyebut potensi investasi energi rendah karbon di Indonesia cukup besar. Totalnya bisa mencapai US$ 38,9 miliar atau sekitar Rp 579 triliun. 

Direktur Konservasi Energi Kementerian ESDM Hariyanto mengatakan Indonesia memiliki potensi energi baru terbarukan (EBT) yang sangat besar untuk dikembangkan. Namun, Indonesia malah menjadi negara penghasil gas rumah kaca kelima terbesar di dunia. 

"Sektor listrik bertanggung jawab terhadap 15% total emisi gas rumah kaca negara ini," ujar Hariyanto dalam diskusi secara virtual, Jumat (14/8).

Oleh karena itu, pemerintah terus berupaya agar peralihan transisi ke energi bersih dapat segera terealisasi. Terlebih lagi, investasi EBT dapat menciptakan banyak lapangan kerja yang dibutuhkan saat ini

Hal itu juga dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi jangka panjang yang dapat mendukung pencapaian target penurunan gas rumah kaca. Hariyanto mengutip data Bank Dunia yang menyebut setiap US$ 1 yang diinvestasikan ke energi bersih akan memberikan imbal hasil sebesar US$ 3 hingga US$ 8. 

"Kemudian total investasi energi rendah karbon diperkirakan mencapai US$ 38,9 miliar," katanya.

 

Selain itu, pemerintah berupaya mengejar target bauran energi bersih 23% pada 2025. Hal itu mengingat bauran energi bersih dari pembangkit listrik baru mencapai 12,9%.

Di sisi lain, pengembangan EBT juga diharapkan dapat berkontribusi terhadap penurunan emisi Gas Rumah Kaca sebesar 50% sampai 60%. "Penerapan EBT menjadi penting terkait bauran energi nasional dan komitmen penurunan gas rumah kaca," ujarnya. 

Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Kementerian ESDM Harris Yahya menambahkan, pandemi Covid-19 telah memberi peluang untuk pengembangan EBT. Terlebih lagi, harga listrik EBT tak terdampak cukup parah saat pandemi seperti minyak dan gas bumi.

"Ini indikasi penting, EBT ke depannya punya peran besar. Mulai dari sekarang kami harus bisa mengatur kebijakan agar peluang bisa diambil secara maksimal," ujar Harris.

Reporter: Verda Nano Setiawan