Perusahaan Tiongkok CATL Investasi Pabrik Baterai Rp 71 T di Indonesia

123rf.com/malp
Ilustrasi. Contemporary Amperex Technology Co Ltd (CATL) akan berinvestasi US$ 5 miliar atau sekitar Rp 71 triliun untuk membangun pabrik baterai lithium-ion di Indonesia.
15/12/2020, 17.13 WIB

Proses Legal Holding Baterai Hampir Rampung

Rencana pembentukan holding PT Indonesia Baterai secara resmi ditargetkan kelar dalam waktu dekat. Direktur Utama Indonesia Asahan Aluminum atau MIND ID Orias Petrus Moedak mengatakan prosesnya legalnya hampir selesai.

Sebagai informasi, Indonesia merupakan produsen dan pemilik cadangan nikel terbesar dunia. Meski demikian, hal ini tak membuat bisnis baterai dapat melenggang mulus. Ada satu bahan bakunya tidak ada di sini, yaitu lithium.

Orias sebelumnya menyebut impor lithium menjadi salah satu opsi untuk operasional pabrik baterai BUMN. Opsi lainnya adalah berinvestasi tambang komoditas itu di negara lain. “Jadi, ada berbagai kombinasi bahan baku baterai itu. Ada nikel, kobalt, lithium. Kandungan nikelnya akan mayoritas, 80%," kata Orias.

Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat total produksi nikel di dunia pada tahun lalu berada di angka 2,6 juta ton. Sementara secara global, Indonesia merupakan produsen nikel terbesar di dunia dengan menghasilkan 800 ribu ton. 

Puncak produksi olahan nikel terjadi pada tahun lalu. Kementerian ESDM mencatat produk olahannya mencapai hampir 2 ton. Angka ini melebihi target 860 ribu ton karena ada tambahan produksi dari pabrik pemurnian atau smelter PT Virtue Dragon di Konawe, Sulawesi Tenggara, yang menghasilkan 745 ribu ton.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan