PLN Minta Harga Khusus Cangkang Sawit untuk Co-firing Biomassa PLTU

ANTARA FOTO/Akbar Tado/pras.
Pekerja dengan alat berat memindahkan cangkang sawit yang akan diekspor ke Thailand di Pelabuhan Bela-Belang, Kecamatan Kalukku, Mamuju, Sulawesi Barat, Senin (27/7/2020).
26/4/2021, 14.30 WIB

PLN meminta alokasi dan harga khusus cangkang sawit untuk bahan baku pembangkit listrik biomassa. Hal ini seiring adanya permintaan untuk meningkatkan serapan cangkang sawit dalam negeri yang hanya 25 - 30% dan sisanya menjadi limbah.

Wakil Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan pihaknya akan berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon atau gas rumah kaca pada PLTU batu bara. Salah satunya dengan penerapan metode co-firing biomassa pada pembangkit listriknya.

Meski demikian pemanfaatan cangkang sawit di dalam negeri menemui sejumlah kendala. Salah satunya dari sisi harga. Harga cangkang sawit di pasar ekspor saat ini mencapai US$ 90 per ton free on board (FOB). Bahkan bisa mencapai US$ 100 ketika diekspor ke Jepang.

"Kami kan ada aturannya, saya menghitung nilai kalori dengan cangkang sawit US$ 65 per ton," ujarnya dalam acara 'New Energy Conference' yang digelar secara virtual, Senin (26/4).

Untuk diketahui, perusahaan sawit Indonesia bakal memasok kebutuhan cangkang sawit ke Jepang. Cangkang ini nantinya akan diolah sebagai bahan baku pembangkit listrik guna mengurangi ketergantungan pada batu bara.

Oleh karena itu, ia berharap supaya pemerintah dapat membuat regulasi khusus yang mengatur harga cangkang sawit untuk pembangkit listrik. Pasalnya sumber energi ini memiliki dampak yang besar untuk menurunkan emisi gas rumah kaca.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan