Investasi Penyediaan Listrik Bersih untuk Industri Terus Dikembangkan
Pengembangan energi terbarukan di Indonesia mulai mendapatkan tempat. Harapan tersebut muncul terutama setelah Presiden Joko Widodo menginstruksikan supaya infrastruktur ketenagalistrikan di negara ini dapat dibedakan.
Jokowi meminta agar jaringan transmisi dari energi terbarukan yang akan dibangun bisa mendapat ruang tersendiri.
"Jangan grid PLN, bikin grid sendiri, siapkan industri, ada tidak yang mau masuk. Sehingga bulan depan akan groundbreaking green industrial park di Kalimantan Utara," kata Presiden dalam The 10th Indo EBTKE ConEx 2021, Senin (22/11).
Menurutnya, setidaknya sudah ada sejumlah industri yang antri untuk masuk ke kawasan industri hijau tersebut.
Mereka yang berminat itu, menginginkan agar produknya mendapatkan cap sebagai green product.
Cap tersebut akan memberikan nilai yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan produk-produk yang dihasilkan dari energi fosil.
Direktur Eksekutif METI Paul Butarbutar menyebut pada COP 26 di Glasgow November lalu, presiden telah memberikan komitmen pada pengembangan energi terbarukan.
Komitmen tersebut diharapkan bisa meningkatkan minat investor untuk menanamkan modalnya di sektor energi terbarukan di Indonesia.
Selama Indonesia masih mengandalkan fosil, maka investor tidak akan masuk ke Indonesia, atau setidaknya akan mengurangi investor yang datang.
Penyebabnya adalah adanya market force, baik dari sisi konsumen dan investor yang menginginkan produk dengan emisi rendah.
Dengan adanya komitmen pemerintah serta permintaan maka investasi akan mudah masuk.
"Dan ini hanya bisa dicapai kalau energi menggunakan pembangkit energi terbarukan," ujarya kepada Katadata.co.id, Selasa (23/11).
Dia menilai keinginan Presiden agar ada transmisi khusus sebenarnya tidak terlalu diperlukan, tetap bisa menggunakan transmisi yang ada, namun yang penting diperbaiki kualitasnya.
Sehingga mampu menyerap pasokan listrik dari pembangkit energi terbarukan, khususnya yang bersifat intermitten.
Paul memahami posisi PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) saat ini cukup sulit untuk melakukan investasi.
Di satu sisi, telah terjadi over capacity di berbagai daerah, terutama pulau Jawa, sehubungan dengan adanya program 35 ribu megawatt (MW). Sementara di daerah lain, konsumsi listrik masih anjlok setelah adanya pandemi covid-19.
"Jadi kalau PLN seolah-olah tidak agresif untuk berinvestasi, saya kira pertimbangannya ini. Namun demikian, perlu dilihat bahwa banyak PLTU PLN yang sudah tua sebenarnya dan kurang efisien sehingga harusnya bisa segera digantikan dengan ET," katanya.
Di samping itu, peningkatan permintaan seharusnya tidak perlu lagi direspon dengan membangun pembangkit berbasis fosil. Namun dapat difokuskan untuk menggenjot pembangunan pembangkit energi terbarukan.
Masih terdapat tantangan dalam pengembangan energi terbarukan. Salah satunya yakni masih banyaknya anggapan bahwa harga energi terbarukan itu kurang ekonomis dan mahal.
Padahal harga energi bersih ini juga bisa murah asalkan dengan strategi pengadaan yang baik, misalnya pengadaan dengan kapasitas besar. "Jadi dengan banyaknya hal yang harus dipertimbangkan, maka terlihat PLN lamban," katanya.