Mengukur Potensi Energi Laut Mencapai Target 23% Bauran EBT pada 2030

ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas/nz
Ilustrasi.
17/12/2021, 16.10 WIB

Pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) yang bersumber dari energi laut di Indonesia hingga saat ini masih terhambat adanya teknologi. Padahal, menurut data Kementerian ESDM, Indonesia memiliki potensi dari energi laut sebesar 60 gigawatt (GW). Lalu bagaimana potensinya untuk mencapai target bauran EBT 23% pada 2030?

Ketua Umum Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) Surya Darma menilai potensi energi laut Indonesia cukup besar baik itu sebagai arus pasang surut, gelombang laut dan OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion). Potensi ini tersebar merata di seluruh Indonesia.

Bahkan di Indonesia bagian timur yang memiliki selat dan teluk yang cukup banyak, mempunyai potensi yang lebih besar dibandingkan Indonesia bagian barat. Hanya saja kebutuhan dan infrastrukturnya tidak memadai sehingga sulit dikembangkan. Biaya pembangunannya juga lebih mahal dibandingkan sumber EBT lainnya.

"Teknologi pemanfaatan energi laut juga relatif lebih baru dibandingkan jenis energi lainnya," kata dia kepada Katadata.co.id, Jumat (17/12).

Adapun beberapa negara yang sudah mengembangkan energi laut dengan baik antara lain seperti Amerika Serikat yang memanfaatkan kawasan Pacific di kepulauan Hawai. Kemudian Jepang dan di banyak negara di Eropa.

Bahkan Inggris memiliki sebuah pulau yang menggunakan 100% EBT yang bertumpu pada energi laut, angin dan matahari. Adapun energi tersebut berada ada di Pulau Orkney.

"Tahun lalu kami juga berkunjung secara virtual ke pulau itu membawa peserta Indonesia EBTKE ConEx 2020. Cukup menarik. Banyak juga pekerja asal Indonesia terlibat dalam penggunaan energi terbarukan di pulau itu," kata Surya.

Direktur Eksekutif Institute for Essential Service Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan pemanfaatan energi laut yang terdiri dari tidal, gelombang (wave), arus (current) dan thermal (OTEC) di seluruh dunia masih minim, setidaknya baru sekitar 500 megawatt (MW).

Salah satu negara yang paling banyak memanfaatkan energi laut dalam bentuk tidal energy saat ini adalah Inggris. Untuk pemanfaatan energi laut harus dilihat terlebih dulu seberapa besar potensi yang ada di Indonesia.

"Saya kira yang potensi adalah energi arus (current) saat ini. Untuk tidal, persyaratan minimal perbedaan tinggi pasang dan surut air di wilayah pesisir minimal 5 meter baru bisa menghasilkan energi yang cukup dari 3 jenis teknologi yang ada sekarang," katanya.

Untuk Indonesia, Fabby menyarankan supaya pemerintah lebih banyak melakukan pengukuran dan pemetaan potensi dan melakukan pilot project, terutama untuk uji teknologi dan melihat kinerjanya. "Masih perlu minimal 5 tahun lagi baru teknologi ini matang dan bisa diterapkan secara komersial di Indonesia," katanya.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana sebelumnya mengatakan bahwa potensi EBT di Indonesia cukup beragam. Salah satunya yakni energi laut. Namun pengembangan jenis energi laut ini masih terkendala pada teknologi.

"Ini juga menjadi salah satu potensi, yang memang sekarang capaiannya masih nol. Kita belum ada implementasi dari sisi laut karena teknologinya masih proses pengembangan," ujarnya.

Reporter: Verda Nano Setiawan