ESDM Genjot Pemanfaatan Limbah Sawit Untuk Pembangkit Listrik Biogas

ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan/tom.
Ilustrasi kelapa sawit. Limbah kelapa sawit dapat dimanfaatkan untuk pembangkit listrik tenaga biogas.
Penulis: Happy Fajrian
23/3/2022, 14.16 WIB

Kementerian ESDM mendorong pemanfaatan sumber energi alternatif dari limbah kelapa sawit untuk pembangkit listrik tenaga biogas (PLTBg). Hal ini demi mencapai target bauran energi baru terbarukan (EBT) 23% pada 2025.

Direktur Bioenergi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Edi Wibowo mengatakan capaian pembangkit bioenergi hingga 2021 masih sebesar 1.921 megawatt (MW) atau 1,9 gigawatt (GW). Masih jauh dari target 5,5 GW pada 2025.

"Capaian PLTBg dapat dikatakan masih cukup rendah, yaitu sebesar 120 MW, hal ini dapat terus dioptimalkan untuk mewujudkan target capaian bauran energi. Sepanjang 2022 hingga 2024, 50 MW PLTBg diperkirakan akan terealisasi," kata Edi, Rabu (23/3).

Indonesia adalah produsen dan eksportir sawit terbesar di dunia karena memiliki lahan perkebunan yang luas dan banyak pabrik pengolahan kelapa sawit. Pada 2018, luas lahan kelapa sawit di Indonesia setidaknya mencapai 12,8 juta hektare (ha) dengan lebih dari 850 pabrik yang sebagian besar terkonsentrasi di Sumatera dan Kalimantan.

Tak hanya diproduksi sebagai bahan makanan, kosmetik, maupun perlengkapan kebersihan rumah tangga, kelapa sawit juga telah menjadi salah satu andalan dalam pengembangan energi baru terbarukan dalam negeri.

Seluruh limbah kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi karbon netral, termasuk biogas yang dapat dihasilkan melalui pengolahan limbah cair kelapa sawit atau palm oil mill effluent (POME) dengan menggunakan teknologi anaerobic digester (AD).

Sebuah studi mengenai pemanfaatan limbah POME di Indonesia telah dilakukan melalui kerja sama Kementerian ESDM dengan Kementerian Lingkungan Hidup, Konservasi Alam, Keamanan Nuklir, dan Perlindungan Konsumen (BMUV) pemerintah Jerman melalui Deutsche Gesselschaft für Internationalle Zusammenarbeit (GIZ) GmbH.

Studi tersebut memaparkan progres capaian pemanfaatan biogas dari POME hingga tahun 2021 adalah sebesar 28.39 juta meter kubik. Angka ini hanya mewakili 5,9 persen dari target capaian biogas 2025 berdasarkan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), yaitu sebesar 489,8 juta meter kubik.

Salah satu poin penting dalam Rencana Aksi Nasional Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan (RAN KSB) 2009 - 2024 adalah peningkatan pemanfaatan produk kelapa sawit sebagai energi terbarukan dalam rangka ketahanan energi.

Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Kementerian Pertanian Dedi Junaedi menyampaikan bahwa sejauh ini Kementerian Pertanian telah merilis setidaknya 759 sertifikat bagi perkebunan kelapa sawit, baik yang dikelola negara, swasta, maupun perkebunan rakyat.

Ketua Asosiasi Biogas Indonesia Muhammad Abdul Kholiq menilai sertifikasi itu bermanfaat untuk meningkatkan keekonomian perkebunan kelapa sawit.

Sementara itu, Praktisi Bisnis Holding Perkebunan Nusantara Leonardo Alexander Renatus Pane mengatakan Perkebunan Nusantara mengelola 10 perusahaan yang akan diarahkan untuk memaksimalkan pemanfaatan limbah kelapa sawit.

Di area-area yang surplus pasokan listrik, pengolahan POME akan diarahkan untuk menjadi boiler co-firing dan produksi bio-CNG.

Serupa dengan pendekatan ini, PT Dharma Satya Nusantara (DSN) sebagai salah satu industri yang menginisiasi pembangunan Bio-CNG di Indonesia juga menyeimbangkan pemanfaatan POME untuk kebutuhan listrik dan non-listrik sebesar 50:50.

POME memiliki potensi besar untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri, baik listrik maupun non-listrik. Tak hanya itu, POME juga berperan penting dalam mitigasi gas rumah kaca dengan potensi reduksi emisi mencapai 42,6 juta ton karbon dioksida per tahun.

Reporter: Antara