PLN meyakini bisnis pengembangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap bakal makin progresif seiring langkah pemerintah untuk merevisi Peraturan Menteri (Permen) ESDM Nomor 26 Tahun 2021.
Melalui Subholding PLN Icon Plus, PLN berupaya untuk menangkap peluang tren pemasangan PLTS atap melalui hasil pendapatan di luar bisnis eksisting penjualan ketenagalistrikan. Lewat Icon Plus, PLN akan merambah bisnis anyar seperti jasa penyedia internet, pengisian daya kendaraan listrik hingga instalasi PLTA atap.
Wakil Direktur Eksekutif Transisi Energi dan Keberlanjutan PT PLN, Kamia Handayani, mengatakan bahwa perseroan menilai positif revisi Permen ESDM tentang PLTS Atap. Menurutnya, revisi tersebut sejalan dan mendukung langkah bisnis PLN saat ini.
“Sebagai operator, kami mendukung dan mengikuti apa yang menjadi regulasi yang ditetapkan,” kata Kamila dalam Green Economic Forum CNBC di Hotel Kempinski Jakarta pada Senin (22/5).
Dia juga mengatakan bahwa pemasangan PLTS Atap akan menjadi sektor bisnis yang ekonomis dan berkelanjutan, serta mendukung agenda pemerintah untuk meningkatkan bauran energi terbarukan secara nasional. “PLTS juga menjadi bagian proses bisnis PLN Icon Plus yang terus melakukan kajian dan inovasi bisnis,” ujar Kamila.
Sebelumnya, Menteri ESDM Arifin Tasrif menyatakan bahwa hasil revisi Peraturan Menteri ESDM Nomor 26 Tahun 2021 tentang PLTS Atap akan mengerek bauran energi bersih secara signifikan.
Arifin mengatakan bahwa revisi tersebut ditujukan untuk mengakomodir keinginan masyarakat dan meminimalisir dampak bagi PLN. Revisi itu juga membahas poin penting yang menjadi topik bahasan ESDM dan PLN, yakni mengenai rencana penerapan sistem kuota dalam pengembangan PLTS Atap.
Penerapan sistem kuota pengembangan PLTS atap merupakan ketentuan baru untuk merespons isu pembatasan kapasitas instalasi daya PLTS atap maksimal 15% dari total kapasitas listrik yang terpasang dari pelanggan rumah tangga maupun industri oleh PLN.
"Revisi sedang dalam proses, intinya adalah keinginan masyarakat untuk bisa memasang PLTS atap dan juga menekan dampaknya kepada PLN," kata Arifin di Kementerian ESDM, Jumat (19/5).
Kapasitas instalasi yang semula paling tinggi 100% dari daya langganan menjadi tak berlaku sepanjang masih tersedia kuota. Alhasil, meski batasan kapasitas instalasi daya PLTS telah dihapus, para konsumen akan diberikan kuota maksimal berupa batasan kapasitas per pelanggan.
"Jadi ini akan menambah cepat bauran dan mendorong permintaan PLTS sehingga ikut mendorong industri pendukungnya. Kalau ada permintaan, pasti lahir industri yang mendukung," ujar Arifin.
Kementerian ESDM mencatat input kapasitas pembangkit listrik energi baru dan terbarukan (EBT) yang terpasang tahun ini, bertambah 368 MW. Sebagai gambaran, 368 MW diperkirakan dapat mengaliri listrik untuk lebih dari 400 ribu rumah yang memiliki kapasitas daya listrik 900 VA.
Tambahan masukan setrum bersih tahun depan akan terbagi dalam sejumlah proyek, dari pembangkit listrik tenaga air sebesar 136 MW, PLTS 161 MW, pembangkit listrik tenaga panas bumi 13 MW, dan pembangkit listrik tenaga bioenergi atau PLT Bioenergi dengan kapasitas 58 MW.
Hasil setrum EBT itu akan dialokasikan untuk masuk ke dalam jaringan daya listrik PLN. Selain itu, pemerintah juga menetapkan sasaran penambahan instalasi PLTS atap sebesar 100 MW peak.