Kemenko Marves Dorong AstraZeneca Produksi Kendaraan Listrik di RI

Katadata/Nadya Zahira
AstraZeneca mendukung dekarbonisasi di Indonesia dengan menggunakan 500 unit kendaraan untuk armada operasionalnya di Pulau Jawa.
Penulis: Nadya Zahira
31/10/2023, 19.15 WIB

Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) mendorong perusahaan farmasi asal Inggris, PT Astrazeneca untuk bisa memproduksi kendaraan listrik di dalam negeri. Pemerintah ingin Astrazeneca bergabung dalam ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.

"Mereka (AsraZeneca) ini kan mendukung dekarbonisasi, maka dalam acara Indonesia Sustainability Forum itu kami kasih mereka support untuk bisa dorong mereka produksi kendaraan listrik,” ujar Nani Hendiarti, Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan, saat ditemui dalam acara Peluncuran Kendaraan Listrik AstraZeneca dan Penandatanganan Nota Kesepahaman, di Gedung Kemenko Marves, Jakarta, Selasa (31/10).  

Nani mengatakan, jika AstraZeneca benar-benar berkomitmen memproduksi kendaraan listrik di Indonesia, pemerintah kemungkinan akan memberikan insentif. Asalkan perusahaan tersebut telah memenuhi syarat sebagai produsen yang layak mendapatkan insentif, salah satunya memiliki Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sebesar 40%.

"Kaitannya mungkin ke arah sana juga ya nanti. Jadi kalau mereka bisa produksi kendaraan listrik lebih cepat, maka kemungkinan akan meningkatkan jumlah penggunaan kendaraan listrik,” ujarnya. 

Nani mengatakan komitmen yang dilakukan AstraZeneca dalam mendukung dekarbonisasi di Indonesia salah satunya dengan terwujudnya penandatanganan kontrak kerja sama (Memorandum of Understanding/MoU) untuk mengadopsi kendaraan listrik pada armada operasionalnya dari PT Volta Indonesia Semesta sebanyak 150 unit motor listrik dan 350 unit untuk mobil listrik. 

Meski terbilang sedikit, Nani memastikan AstraZeneca akan melakukan transisi armada operasionalnya dengan kendaraan listrik secara keseluruhan, “AstraZeneca sudah menunjukkan sesuatu yang memang secara bertahap ya, tapi mereka akan mengarah 100% untuk penggunaan kendaraan listrik,” kata dia. 

Mengurangi Emisi Karbon di Sektor Transportasi

Di sisi lain, dia menyampaikan salah satu upaya untuk mengurangi emisi karbon di sektor transportasi adalah dengan beralih menggunakan kendaraan listrik. Dia menyebutkan sektor transportasi merupakan penyumbang terbesar kedua terhadap gas rumah kaca  yakni sebesar 27% karena masih didominasi oleh kendaraan yang menggunakan bahan bakar fosil. 

Untuk mencapai target pengurangan emisi berdasarkan Kontribusi yang Ditentukan Secara Nasional (Nationally Determined Contribution/NDC) Indonesia, transisi ke sepeda motor listrik atau kendaraan roda dua harus mencapai 1,8 juta unit pada tahun 2025 dan 13 juta unit pada tahun 2030. Adapun kendaraan roda empat harus mencapai 0,4 juta pada tahun 2025 dan 2 juta pada tahun 2030. 

“Upaya keberlanjutan yang komprehensif dari AstraZeneca di Indonesia menjadi contoh yang bagus, semoga ini bisa menjadi inisiatif keberlanjutan bagi perusahaan lainnya," kata Nani.   

Pada tahap awal, AstraZeneca menggunakan 500 kendaraan listrik untuk Pulau Jawa. Ke depannya, perusahaan farmasi itu akan memperluas penggunaan kendaraan listrik untuk operasional di Pulau Sumatera dan Sulawesi.

Sementara itu, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memproyeksikan terdapat 2,73 juta unit kendaraan listrik roda dua dan tiga pada tahun depan. Dengan kebutuhan stasiun pengisian sebanyak 170 ribu unit di seluruh Indonesia. Kuantitasnya bertambah tiap tahun. Pada 2030, pemerintah memperkirakan ada 7,46 juta unit kendaraan listrik dengan kebutuhan stasiun pengisian mencapai 530 ribu unit.

Jumlah stasiun pengisian listrik umum di Indonesia sampai saat ini berjumlah 7.149 unit yang tersebar di 3.348 lokasi. Sedangkan jumlah stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) sebanyak 16 unit. SPKLU itu tersebar di 10 lokasi dan terpasang di Jakarta, Bandung, Tangerang, Semarang, Surabaya, dan Bali.

Reporter: Nadya Zahira