PT PLN (Persero) bakal memasok listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT) bagi PT Perkebunan Nusantara III (Persero).
Direktur Retail dan Niaga PLN, Edi Srimulyanti, mengatakan kerja sama PLN dengan PTPN III meliputi penyediaan tenaga listrik untuk pabrik kelapa sawit, penyediaan Renewable Energy Certificate (REC) untuk mendukung program Environmental, Social, and Governance (ESG) PTPN III, dan pelaksanaan knowledge sharing serta capacity building dalam penggunaan energi baru terbarukan.
Kerja sama tersebut tertuang dalam nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) antara PLN dan PTPN III di Jakarta pada Rabu (8/11).
Dia mengatakan kolaborasi penyediaan listrik bersih untuk PTPN III merupakan salah satu upaya PLN untuk mengakselerasi transisi energi. Hal ini sekaligus mendukung target pemerintah untuk mencapai net zero emissions (NZE) pada 2060.
"Sekarang energi hijau sudah merupakan kebutuhan atau kewajiban kita semua yang harus kita mulai dari sekarang. Tentunya ini bukan karena tuntutan dari stakeholder kita, tapi lebih kepada bagaimana kita menyiapkan generasi yang akan datang masih bisa menikmati udara yang bersih dan hijau," ujar Edi melalui keterangan tertulis, Jumat (10/11).
Direktur Produksi dan Pengembangan PTPN III, Mahmudi, menjelaskan kolaborasi ini adalah upaya bersama untuk semakin meningkatkan pemanfaatan energi hijau. Suplai listrik hijau PLN akan sangat mendukung operasional PTPN III yang mengelola lahan perkebunan seluas 1,2 juta hektare dan menjadi tulang punggung kelapa sawit nasional.
"Bagaimana kemudian kami terus menjaga prinsip ESG dalam produksi sawit. Hal ini juga merupakan program utama kami. Tentunya banyak hal juga yang nantinya akan coba kita kolaborasikan," ujar Mahmudi.
Dirinya optimistis suplai listrik hijau PLN akan mampu membantu produksi sekitar 68 pabrik kelapa sawit dengan kapasitas kurang lebih 2.960 ton per jam. Dengan begitu, kapasitas produksi yang saat ini mencapai 2,8 juta ton per tahun bisa meningkat dengan biaya yang lebih efisien.
Proyek Infrastruktur Energi Hijau
Climate Bonds Iniative (CBI) meluncurkan laporan peluang investasi infrastruktur hijau di Indonesia untuk 2022. Dalam laporan tersebut, CBI mengungkapkan ada delapan proyek infrastruktur energi hijau di Indonesia yang didanai lewat surat utang hijau (green bonds).
Proyek infrastruktur energi hijau tersebut dibagi menjadi 4 jenis, yakni tenaga panas bumi, tenaga surya, tenaga biomassa, dan tenaga bayu atau angin. Berikut rinciannya:
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP):
- PLTP Hululais 1 & 2 di Bengkulu
- PLTP Blawan Ijen di Jawa Timur
- PLTP Sarulla di Sumatra Utara
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS):
- PLTS Ombilin di Sumatra Barat
- PLTS Tanjung Enim di Sumatra Selatan
- PLTS Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur
Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm):
- PLTBm Merauke di Papua
Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB):
- PLTB Jeneponton di Sulawesi Selatan
Selain proyek-proyek di atas, CBI juga menyebut ada 6 proyek pembangkit listrik tenaga air (PLTA) yang berpotensi didanai melalui instrumen surat utang hijau. Sebanyak 3 proyek PLTA sudah masuk tahap pembangunan, sedangkan 3 proyek lainnya masih dalam perencanaan.
Selama periode 2018-2021 pemerintah Indonesia sudah berhasil menghimpun dana dari penerbitan surat utang hijau sebesar US$4,33 miliar.
Tidak hanya proyek energi, dana yang dihimpun dari surat utang tersebut juga digunakan untuk proyek transportasi, pengelolaan air, dan pengelolaan limbah berkelanjutan.