ESDM Sebut Indonesia Miliki Potensi Energi Laut Jumbo hingga 63 GW

ANTARA FOTO/Rahmad/aww.
Gelombang laut melewati batu pemecah ombak sehingga menghantam daratan pesisir pantai wisata Ujong Blang, Lhokseumawe, Aceh, Kamis (27/5/20210).
Penulis: Happy Fajrian
5/12/2023, 11.21 WIB

Kementerian ESDM melalui Balai Besar Survei dan Pemetaan Geologi Kelautan (BBSPGL) mencatat potensi praktis energi laut yang dimiliki indonesia mencapai sekitar 63 gigawatt (GW).

Potensi tersebut terdiri dari ocean thermal energy conversion atau OTEC sebesar 41 GW, energi arus laut 20 GW, dan energi gelombang laut 2 GW. Angka ini belum termasuk potensi tidal waves, offshore wind, seawater floating solar PV, dan energi baru lainnya.

“Laut itu kan ada perbedaan temperatur bisa dibangkitkan menjadi energi. Ada perbedaan tinggi gelombang bisa dipakai untuk energi. Ada juga arus, jadi di laut itu juga (airnya) mengalir,” kata Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana melalui keterangan tertulis, dikutip Selasa (5/12).

Dadan mencontohkan potensi energi laut yang besar seperti di Pulau Alor yang memiliki arus laut yang besar, seperti layaknya sungai. “Kalau sudah ada arus, kita pasang turbin, nanti menjadi listrik. Ini yang sekarang kami rancang untuk kami lakukan pengembangan,” ujarnya.

Menurut catatan Kementerian ESDM, Indonesia bagian timur memiliki potensi pengembangan energi laut, baik arus dan gelombang laut yang terbesar, mendominasi dari 17 titik energi arus laut dan 22 titik potensial energi gelombang laut di seluruh perairan Indonesia.

Adapun potensi arus laut terbesar berada di Selat Larantuka dan Selat Pantar di NTT, yang saat ini tengah dijajaki kelayakannya untuk menjadi pembangkit listrik tenaga arus laut atau PLTAL.

Tak hanya itu, pengembangan bioenergi berbasis alga dan mikroalga juga menjadi salah satu primadona dalam penelitian bioenergi, mengingat laut Indonesia memiliki puluhan ribu spesies alga dan mikroalga yang potensial dikembangkan menjadi substitusi sawit untuk memproduksi bioenergi.

“Sekarang barangkali keekonomiannya belum bisa masuk, tetapi kan teknologi dan keekonomiannya terus berjalan, minyak bumi semakin berkurang, emisi juga semakin menjadi concern. Sehingga kita akan bergeser kepada pemanfaatan energi yang emisinya rendah atau emisinya bebas, dan juga ini berkelanjutan,” kata Dadan.

Kekayaan mineral laut Indonesia juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Beberapa potensi mineral yang tersimpan di dasar laut Indonesia antara lain emas, perak, tembaga, seng, dan timbal, hingga rare earth elements (REE) yang berperan penting dalam menghasilkan produk hilir berteknologi tinggi seperti panel surya dan baterai.

Selain potensi energi terbarukan yang besar, laut juga memegang peran penting dalam penanganan perubahan iklim. Ekosistem Laut Biru yang meliputi hutan mangrove, padang lamun, estuaria dan terumbu karang secara alami menjadi penyerap dan penyimpan karbon, dan diharapkan dapat menyerap 188 juta ton CO2eq pada tahun 2045.

Pemerintah memiliki target Net Zero Emission (NZE) di tahun 2060. Berdasarkan simulasi yang dilakukan Kementerian ESDM, sektor ESDM masih akan menghasilkan emisi sebesar 129 juta ton CO2.

“Dengan laut bisa menyerap 188 juta ton CO2eq, kita positif bisa memastikan NZE di tahun 2060 tanpa terjadi pengereman dari pertumbuhan ekonomi kita. Indonesia bisa bersaing, kompetitif, dan menjadi negara maju di tahun 2045,” tandasnya.