PT PLN (Persero) melakukan kesepakatan bisnis dengan perusahaan hidrogen asal Perancis, Hydrogen De France (HDF Energy). Keduanya bekerja sama dalam mengembangkan proyek EBT di daerah 3T (Terluar, Terdepan, Terpencil).
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, keberadaan EBT tak hanya akan mendukung pasokan energi bersih, melainkan juga mampu mewujudkan elektrifikasi nasional dan menjadi bisnis masa depan yang terintegrasi.
Dia mengatakan, pengembangan proyek EBt tersebutakan digarap melalui pembentukan Join Venture Company. "Proyek tersebut khususnya di wilayah Indonesia Timur, dengan penekanan awal di Sumba, Nusa Tenggara Timur,” kata kata Darmawan, melalui keterangan resmi, Rabu (6/11).
Selian kerja sama tersebut, PLN juga akan mengembangkan Hydrogen Fuel Cell Hybrid Power Plant atau Pembangkit Listrik Hibrida Sel Bahan Bakar Hidrogen di Indonesia.
Kerja sama kedua perusahaan tersebut ditandai dengan Joint Development Study Agreement (JDSA) oleh Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo dan Executive Director Asia, sekaligus President Director HDF Energy Indonesia Mathieu Geze, pada Indonesia Paviliun di gelaran COP28, Dubai, Minggu (3/12).
Darmawan mengatakan, perjanjian JDSA itu merupakan langkah lanjutan dari MoU yang telah terjadi sebelumnya pada April 2023. Setelah memproduksi hidrogen hijau di Indonesia, PLN akan mengembangkan pembangkit listrik berbasis hidrogen dengan asistensi dari HDF Energy.
"Melalui eksplorasi inovasi teknologi yang futuristik, Indonesia bisa menjadi pemain utama dalam memproduksi hidrogen hijau,"
Darmawan mengatakan, HDF Energy dan PLN akan mengembangkan utilisasi hidrogen melalui proses elektrolisis dan mengolahnya menjadi listrik untuk melayani daerah pelosok.
Selain itu, kedua belah pihak juga bersepakat untuk bersama-sama dalam studi pengembangan pembangkit listrik baseload dan non-intermittent berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT) baterai, dan hidrogen.
Executive Director Asia and President Director HDF Energy Indonesia, Mathieu Geze, mengatakan perusahaannya merupakan pemimpin global dalam industri hidrogen. Oleh sebab itu, pihaknya sangat serius dalam mengembangkan infrastruktur hidrogen skala besar.
Mathieu optimistis adanya kolaborasi dengan PLN mampu mempercepat penerapan pembangkit listrik hidrogen yang menghasilkan listrik ramah lingkungan dan stabil, “Kolaborasi kami dengan PLN, bertujuan untuk menempatkan Indonesia di garis depan proyek hidrogen ramah lingkungan di kawasan Asia Pasifik.
PLN Resmikan Green Hydrogen Plant Terbanyak di ASEAN
Diberitakan sebelumnya, PT PLN (Persero) meresmikan 21 unit Green Hydrogen Plant (GHP) yang tersebar di seluruh Indonesia di pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU) di Tanjung Priok, Jakarta, Senin (20/11). Upaya ini membuat PLN menjadi perusahaan yang memiliki GHP terbanyak di Asia Tenggara.
Sebelumnya pada Oktober, PLN juga telah meresmikan GHP pertama di Indonesia yang berlokasi di PLTGU Muara Karang, Jakarta. Dengan demikian, PLN kini mampu memproduksi hingga 199 ton hidrogen per tahun.
“Kalau sebelumnya kemampuan produksinya hanya 51 ton, saat ini kita bisa meningkatkan menjadi 199 ton dengan excess produksi hingga 124 ton,” ujar Direktur Utama PLN Darmawan Prasedjo dalam acara Peresmian Green H2 Plant PLN, di PLTGU Tanjung Priok, Jakarta, Senin (20/11).
Darmawan mengatakan, hasil produksi 21 unit hidrogen hijau tersebut akan dimanfaatkan sebagai bahan bakar kendaraan mobil. Pasalnya, saat ini pemerintah bukan hanya mendorong penggunaan mobil listrik tapi juga mobil hidrogen.
“Artinya tadinya dengan 1 hidrogen sebelumnya hanya bisa dimanfaatkan untuk 150 mobil hidrogen, dengan 21 unit hidrogen ini bisa meningkat menjadi 424 mobil hidrogen,” kata dia.
Darmawan menjelaskan, biaya yang dikeluarkan untuk menggunakan bahan bakar hidrogen lebih terjangkau dibandingkan Bahan bakar minyak (BBM). Bahan bakar hidrogen bisa mengurangi biaya hingga 35%.