Hawaiian Electric Akan Setop Pembangkit Listrik Berbahan Bakar Fosil

Dok. Hawaiian Electric
Perusahaan penyedia listrik Hawaiian Electric menyatakan mereka berencana mengganti enam generator berbahan bakar fosil di sebuah pembangkit listrik utamanya.
Penulis: Nadya Zahira
12/12/2023, 18.18 WIB

Perusahaan penyedia listrik Hawaiian Electric menyatakan mereka berencana mengganti enam generator berbahan bakar fosil di sebuah pembangkit listrik utamanya. Perusahaan akan beralih ke sumber energi terbarukan untuk menggantikan keenam generator tersebut.

Menurut laporan Reuters, Hawaiian Electric pertama kali mengajukan rencana ini pada April 2023. Perusahaan akan menambah jumlah pembangkit listrik terbarukan pada beberapa tahun ke depan dan diharapkan bisa mengakselerasi pencapaian target Net Zero Emission (NZE) atau energi nol bersih pada tahun 2060.

Adapun listrik yang dihasilkan dari pembangkit berbasis energi terbarukan itu bersumber dari energi angin, matahari, dan penyimpanan baterai.

Rencana tersebut dipilih sebagai bagian dari proses pengadaan kompetitif yang diawasi oleh Komisi Utilitas Publik Hawaii. Selain itu, Hawaiian Electric juga berencana untuk mengganti generator-generator tua yang sudah ada sejak tahun 1947 dengan unit-unit yang menggunakan bahan bakar fleksibel.

“Hawaiian Electric juga akan berkontribusi untuk mencapai 100% energi terbarukan pada tahun 2045,” ungkap perusahaan tersebut, seperti dikutip dari Reuters, Selasa (12/12). 

Rencana tersebut juga muncul ketika perusahaan utilitas ini menghadapi pengawasan ketat, karena memprioritaskan transisi ramah lingkungan di atas upaya pencegahan kebakaran. Pada Agustus lalu, terjadi kebakaran hutan yang mematikan di Maui yang merenggut nyawa lebih dari 114 orang.

Hentikan Investasi Energi Fosil

Laporan terbaru International Energy Agency (IEA) menyebutkan dunia harus segera menghentikan investasi pada sektor bahan bakar fosil, jika ingin mencapai target net zero emission (NZE) 2050.

Investasi bahan bakar fosil yang harus dihentikan terutama pada proyek pengeboran minyak dan gas, pembukaan tambang batu bara baru atau ekspansi tambang eksisting, serta proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) baru.

IEA memprediksi permintaan bahan bakar fosil global pada 2030 akan 25% lebih rendah dibandingkan saat ini. Permintaan kemudian akan turun lebih tajam lagi pada 2050. Jumlahnya diperkirakan hanya mencapai 20% dari level saat ini.

“Mengurutkan proses peningkatan investasi energi bersih dan penurunan pasokan bahan bakar fosil sangat penting untuk menghindari lonjakan harga yang membebani dan untuk menghindari kelebihan pasokan energi global,” kata IEA dalam laporan Net Zero Roadmap: A Global Pathway to Keep the 1.5 °C Goal in Reach, dikutip Selasa (26/9).

Penentuan waktu yang tepat juga penting untuk menjaga keamanan energi dan melakukan transisi pekerja di sektor tinggi karbon ke industri lain yang lebih ramah lingkungan. Dunia juga harus meningkatkan kapasitas energi terbarukan hingga tiga kali lipat agar keamanan energi tidak terganggu.

Untuk itu, dibutuhkan investasi senilai US$ 4,5 triliun atau hampir Rp 70 kuadriliun untuk mencapai target NZE 2050. Sekitar US$ 1,8 triliun atau hampir Rp 29 kuadriliun harus diinvestasikan negara-negara di dunia tahun ini. Investasi tersebut dibutuhkan untuk mengembangkan teknologi energi bersih, termasuk panel surya dan kendaraan listrik.

“Dunia harus meningkatkan tiga kali lipat kapasitas energi terbarukan global, meningkatkan dua kali lipat infrastruktur hemat energi, meningkatkan penjualan pompa panas dan meningkatkan penggunaan kendaraan listrik pada tahun 2030,” tulis laporan IEA.

Reporter: Nadya Zahira