Pemerintah terus berupaya untuk mewujudkan transisi energi nasional dari energi fosil ke energi terbarukan. Salah satu upayanya adalah dengan mengembangkan energi baru, seperti hidrogen, Sustainable Aviation Fuel (SAF), dan blue ammonia.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, mengatakan penggunaan hidrogen diproyeksikan akan mulai tumbuh setelah 2030. Pemanfaatan hidrogen diperkirakan lebih luas mencakup bahan bakar, pembangkitan listrik, dan sebagai penyimpanan energi.

Hidrogen juga akan dimanfaatkan sebagai bagian upaya dekarbonisasi pada hard to abate sectors yaitu shipping, aviation, steel production, manufacture, long distance transportation.

"Dalam skala kecil untuk proyek hidrogen telah dilakukan pilot project, namun untuk skala ekonomi ini masih menunggu perkembangan teknologi industri," ujar Arifin dikutip dari keterangan tertulis, Rabu (17/1).

Selain teknologi hidrogen, pemerintah juga telah melakukan penerbangan komersial pertama di dunia menggunakan SAF bioavtur J2.4 yang berbasis minyak inti sawit pada 27 Oktober 2023 dengan rute Jakarta-Solo. SAF diproduksi dengan mencampur bahan bakar EBT dan bahan bakar JET konvensional.

Arifin mengatakan, penerbangan ini adalah bentuk keseriusan Indonesia untuk mewujudkan net zero emission (NZE) 2060 atau lebih cepat.

"Selanjutnya memang kita harapkan adanya pembangunan refinery skala besar karena memang bioavtur ini menjadi salah satu target pemakaian dari pada aviasi internasional," kata Arifin.

Arifin mengatakan, teknologi lainnya yaitu penggunaan Amonia yang diproduksi dengan menggunakan gas alam. Produksi energi masa depan tersebut dilakukan dengan mengkonversi gas alam menjadi gas sintesis (syngas) yang kemudian direaksikan dengan nitrogen untuk menghasilkan 875 ribu ton per tahun blue ammonia.

"Blue ammonia ini groundbreaking sudah dilakukan akhir tahun yang lalu di wilayah Bintuni, dimana CO2 yang berasal dari feedstock maupun dari output pemrosesan itu bisa terinjeksikan ke dalam reservoir yang ada di wilayah tersebut," kata Arifin.

 Dia menambahkan, pengembangan energi baru merupakan langkah yang tepat untuk mewujudkan transisi energi nasional. Energi baru dapat membantu Indonesia untuk mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil dan meningkatkan ketahanan energi nasional.

Selain itu, energi baru juga dapat membantu Indonesia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan mengatasi perubahan iklim. 

Laporan International Energy Agency (IEA) menunjukkan, jumlah mobil listrik tipe Fuel-Cell Electric Vehicle (FCEV) global mencapai lebih dari 72.000 unit pada 2022. Jumlah itu meningkat 40% dibandingkan tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).

Adapun FCEV alias kendaraan bebas emisi ini menggunakan hidrogen sebagai sumber energi untuk menghasilkan listrik dari sistem sel bahan bakarnya.