Uni Eropa (UE) berkomitmen untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil hingga 80% pada 2040. Komitmen ini untuk mencapai pengurangan emisi gas rumah kaca bersih sebesar 90% di tahun tersebut.
Dikutip dari Reuters pada Rabu (24/1), komitmen ini tertuang dalam sebuah rancangan dokumen rekomendasi pertama yang akan dipresentasikan The European Commission bulan depan.
Saat ini, Uni Eropa sedang menyusun target iklim 2040 pertamanya. Target ini untuk mengurangi emisi bersih 55% pada 2030, dan mencapai emisi nol bersih pada tahun 2050.
Dalam rancangan dokumen tersebut dituliskan akan mengurangi impor bahan bakar fosil UE dengan total 2,8 triliun euro selama 2031-2050, dibandingkan dengan rata-rata tahunan selama 2011-2020.
Selain itu, sektor listrik diharuskan untuk hampir bebas CO2 pada 2040 dengan meningkatkan sumber energi terbarukan dan energi nuklir. Langkah ini untuk agar dapat menghasilkan lebih dari 90% listrik UE.
Uni Eropa akan menghapus secara bertahap batubara di sektor energi untuk mencapai pengurangan emisi 90% pada 2040. Sementara 60% dari sisa penggunaan bahan bakar fosil Eropa untuk energi akan menggunakan minyak.
“Penggunaan bahan bakar fosil yang digunakan dalam kendaraan jalan, pengiriman dan penerbangan,” tulis rancangan dokumen tersebut, Rabu (23/1).
Meski begitu, Uni Eropa masih akan menggunakan gas di beberapa industri pada 2040. Industri tersebutmisalnya sektor bangunan dan sektor listrik.
Seorang juru bicara Komisi menolak untuk mengomentari draf tersebut. Pasalnya, rancangan tersebut dapat berubah sebelum dipublikasikan.
Uni Eropa akan melakukan investasi besar-besaran dalam sumber energi rendah karbon, jaringan listrik, teknologi manufaktur hijau dan praktik pertanian yang lebih berkelanjutan. Untuk itu akan membutuhkan banyak investasi dari sektor swasta.
Komisaris energi UE, Kadri Simson, mengatakan Uni Eropa membutuhkan investasi sebesar 1,2 triliun euro per tahun dalam satu dekade, untuk mendekarbonisasi sektor energi dan transportasi.
“Rancangan tersebut mengatakan pemotongan CO2 yang lebih cepat juga akan diperlukan di sektor-sektor termasuk pertanian, di mana emisi non-CO2 harus dikurangi 30% pada 2040 dari tingkat 2015,” ucap Kadri.
Kadri mengatakan rancangan dokumen juga menjabarkan biaya kegagalan untuk mengatasi perubahan iklim akibat cuaca ekstrem. “Uni Eropa bisa jadi mengeluarkan biaya tambahan sebesar 2,4 triliun euro pada tahun 2050 jika pemanasan global diatas 1,5 derajat Celcius,” ujar dia.