PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) kemitraan strategis dengan PT PLN Indonesia Power (PLN IP) untuk mendorong percepatan pengembangan potensi panas bumi di Indonesia. Kemitraan ini ditargetkan dapat menambah kapasitas panas bumi PGE hingga 230 megawatt (MW).

Kemitraan ini ditandai dengan dilakukannya penandatanganan Joint Development Study Agreement (JDSA) oleh Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy Tbk, Julfi Hadi, dan Direktur Pengembangan Bisnis Dan Niaga PT PLN Indonesia Power, Bernadus Sudarmanta, di Bali pada Kamis (22/2). 

Julfi Hadi mengatakan bahwa PGE dan PLN IP mengadopsi skema baru untuk meningkatkan komersialitas proyek panas bumi dengan menambah kapasitas produksi listrik melalui utilisasi air panas hasil pemisahan uap (brine). Kerjasama ini merupakan salah satu terobosan yang dinantikan untuk pengembangan bisnis panas bumi.

"Melalui JDSA ini, terdapat juga sejumlah target feasibility study (FS), di antaranya adalah proyek co-generation yang atraktif dan bankable sehingga mampu mencapai tingkat komersialitas yang optimal," ujarnya dalam keterangan pers yang diterima Katadata, Jumat (23/2).

Potensi penambahan kapasitas terpasang melalui implementasi co-generation ini sampai dengan 230 MW. Untuk saat ini lokasi yang menjadi prioritas untuk dilakukannya FS adalah Ulubelu Bottoming Unit (BU) 30 MW dan Lahendong BU 15 MW.

Julfi mengatakan, target berikutnya adalah proyek Internal Rate of Return (IRR) menarik dengan penyelesaian Power Purchase Agreement (PPA) secara cepat sesuai koridor harga dalam Perpres 112/2022. Dalam hal ini, pihaknya akan memanfaatkan teknologi yang dapat menghasilkan peningkatan efisiensi, Commercial Operation Date (COD) yang lebih cepat, serta Capex yang lebih rendah.

Sementara itu Bernadus menilai diwujudkannya JDSA ini sesungguhnya menjadi bentuk pencapaian penting. Ia juga menyebut kemitraan ini sebagai langkah awal yang tepat untuk mewujudkan transisi energi.

“PGE dan PLN IP berkomitmen untuk mengupayakan percepatan penyelesaian PPA sehingga target operasi juga dapat diraih lebih cepat,” ujarnya.

Kedua pihak bersepakat untuk mempercepat proyek ini dan menjadikannya sebagai model bisnis untuk pengembangan panas bumi ke depan. JDSA ini diharapkan dapat mempercepat pengembangan PLTP untuk mendukung transisi energi terutama dengan karakteristik panas bumi sebagai beban listrik dasar (baseload).

Menurut laporan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), realisasi kapasitas terpasang pembangkit listrik energi baru terbarukan (EBT) Indonesia mencapai 13.155 megawatt (MW) pada 2023.

Kapasitas terbesar berasal dari tenaga air, yakni 6.784,2 MW atau 51,6% dari total kapasitas terpasang pembangkit listrik EBT nasional.