Produsen Otomotif Eropa Bersiap Hadapi Larangan Mobil BBM pada 2035
Uni Eropa akan melarang penjualan mobil berbahan bakar fosil atau internal combustion engine (ICE) untuk mengurangi emisi pada 2035. Menanggapi hal tersebut produsen mobil Eropa tidak akan menantang keputusan yang dikeluarkan Uni Eropa.
Presiden Asosiasi Produsen Mobil Eropa (ACEA) Luca de Meo mengatakan, pihak produsen mobil sepakat mengikuti peraturan tersebut. Produsen juga tidak memerdulikan siapa yang pemenang pemilihan parlemen Eropa tahun ini dan akan menjadi penentu kebijakan tersebut.
“Tanggung jawab industri otomotif sebagai pemimpin bisnis. Bukan untuk membantah peraturan tersebut,” kata Luca de Meo pada konferensi pers di pameran mobil Jenewa, dikutip Reuters, Selasa(27/2).
De Meo, yang juga CEO pembuat mobil Prancis Renault mengatakan tidak mempermasalahkan peraturan tersebut diterapkan pada 2035. Menurutnya, larangan mobil bahan bakar fosil secara penuh berpotensi layak diterapkan. Namun, harus melihat kondisi yang tepat untuk diberlakukan.
Untuk diketahui, pertumbuhan permintaan untuk kendaraan listrik melambat saat ini. Pelambatan ini menyebabkan peningkaan tekanan pada industri otomotif Eropa.
Beberapa produsen mobil telah memotong biaya dan mengembangkan model yang lebih terjangkau. Hal ini karena Cina, yang menjadi kompetitor utama mereka, telah mengeluarkan model moil listrik berbiaya lebih rendah.
Melihat kondisi ini, produsen mobil telah berulang kali berpendapat untuk mememinta subsidi pemerintah. Selain itu, infrastruktur pengisian daya yang lebih banyak di mana-mana juga diperlukan untuk memacu permintaan kendaraan listrik dan mendorong adopsi massal.
Ethiopia Akan Jadi Negara Pertama yang Larang Kendaraan BBM
Ethiopia tahun lalu menghabiskan hampir US$ 6 miliar atau Rp 102 triliun (kurs Rp 15.693) untuk mengimpor bahan bakar fosil, yang digunakan setengahnya untuk sektor transportasi. Untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak (BBM), Kementerian Transportasi dan Logistik Ethiopia mengumumkan negara tersebut akan melarang kendaraan berbahan bakar fosil (Internal Combustion Engine/ICE) dan digantikan dengan kendaraan listrik.
Rencana Ethiopia tersebut serupa dengan Norwegia yang juga berencana untuk meninggalkan kendaraan bahan bakar fosil. Padahal, hampir seluruh negara di dunia akan melakukan peralihan energi tersebut secara perlahan, dalam sepuluh hingga 20 tahun lagi.
Ethiopia akan menjadi negara pertama yang meninggalkan kendaraan berbahan bakar fosil. Menurut Menteri Transportasi Ethiopia Alemu Sime, bahan bakar fosil selain tidak berkelanjutan secara finansial juga mengakibatkan tingkat polusi di kota-kota tidak terkendali.
“Satu-satunya jalan keluar dari teka-teki adalah larangan langsung terhadap kendaraan non-listrik,” kata Sime dikutip dari ArenaEV, Senin (5/2).
Sime mengatakan, saat ini prioritas utama Kementerian Transportasi adalah membangun infrastruktur pengisian daya di seluruh negeri. “Larangan yang direncanakan akan ditegakkan secara ketat dan pemilik kendaraan yang ada akan dikenakan tes emisi yang ketat,” kata Sime.
Dia mengatakan, kendaraan yang tidak lulus tes tidak boleh lagi digunakan untuk berkendara. Saat ini ada sekitar dua juta kendaraan di Ethiopia yang sebagian besar di antaranya berusia lebih dari 20 tahun. Kendaraan tua sudah dikenakan pajak yang besar sehingga memaksa para importir untuk membawa mobil-mobil yang lebih baru ke negara tersebut