PT Pertamina New Renewable Energi (PNRE) menargetkan menambah porsi pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT) di Indonesia pada 2024 sebesar 910 megawatt (MW).
Acting VP Health Safety Security & Environment Pertamina NRE, Moch Khusnul Mustakim, mengatakan beberapa pembangkit yang akan Commercial Operation Date (COD) atau beroperasi pada 2024 tersebar di beberapa tempat. Adapun penambahan tersebut berasal dari beberapa pembangkit seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU).
“Jadi itu untuk COD tahun ini, ada PLTS di Rokan, itu sekitar 25,7 MW,” ujar Khusnul di sela acara road to Katadata SAFE 2024, di Jakarta, Senin (22/7).
Khusnul mengatakan, PNRE juga menambah kapasitas PLTS terpasang di beberapa kilang atau refinery unit yang berada di Dumai, Cilacap, Plaju, dan Balongan sebesar 5,5 MW. Dengan begitu, jumlah kapasitas PLTS terpasang di kilang sebesar 25,5 MW.
Selain itu, PNRE juga mendorong adanya transisi energi dari energi kotor ke energi hijau melalui penambahan kapasitas PLTGU Jawa 1 fase ke dua sebesar 880 MW. “Terakhir ini, COD di Jawa satu fase kedua itu 880 MW,” ujarnya.
Ekspansi PNRE
Pertamina NRE akan melakukan ekspansi untuk mengembangkan proyek energi baru terbarukan (EBT) di Bangladesh. Perusahaan akan menggarap proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dengan kapasitas 500 Megawatt (MW).
Ekspansi tersebut ditandai dengan ditandatanganinya nota kesepahaman (MoU) bersama Coal Power Generation Company Bangladesh Limited (CPGCBL) untuk proyek PLTS di daerah Moheshkhali dan berbagai area lain yang potensial di Bangladesh.
Penandatanganan MoU ini merupakan tindak lanjut dari MoU government-to-government (G2G) yang ditandatangani antara Indonesia dan Bangladesh pada 2017. Dua perusahaan tersebut juga telah melalui studi kelayakan.
Nota kesepahaman ini juga mencakup pembangunan fasilitas pendukung dan menjadi dasar pengembangan kerja sama lainnya berdasarkan syarat dan ketentuan yang disepakati bersama. Kerja sama strategis ini menandai langkah menuju pemanfaatan solusi dan pengembangan infrastruktur energi terbarukan di Bangladesh.
CFO Pertamina NRE, Nelwin Aldriansyah, mengatakan kerja sama ini merupakan sebuah kolaborasi yang hebat antara CPGCBL dan Pertamina NRE.
"Saya yakin kemitraan strategis ini menjadi pondasi untuk kerja sama yang tidak hanya akan meningkatkan kemampuan operasional kami, tetapi juga mendorong pertumbuhan, inovasi, kesuksesan bersama, serta mendukung keamanan energi nasional Bangladesh,” ujar Nelwin dalam keterangan tertulis, Selasa (16/7).
Sementara itu Managing Director CPGCBL, Abul Kalam, berharap kerja sama ini dapat mendorong pengembangan EBT di Bangladesh.
“Kami sangat antusias dengan kerja sama ini, Pertamina NRE telah memiliki pengalaman dan portofolio bisnis energi bersih yang cukup mumpuni di Indonesia, semoga kerja sama ini bisa mendorong pengembangan energi bersih di Bangladesh dan saling menguntungkan bagi keduabelah pihak” ujar Abul.
Coal Power Generation Company Bangladesh Limited (CPGCBL) merupakan perusahaan milik Pemerintah Republik Rakyat Bangladesh. Perusahaan ini didirikan sebagai perusahaan publik dengan tujuan bisnis utama untuk menghasilkan listrik.
Perusahaan ini memiliki mandat untuk menjalankan skema pembangunan pembangkit listrik di bawah Kebijakan Pembangkit Listrik Sektor Swasta Bangladesh, Kebijakan Kemitraan Publik-Swasta (PPP), atau kerangka kebijakan pemerintah lainnya.
Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero), Fadjar Djoko Santoso, mengungkapkan kerja sama anak usaha Pertamina dengan CPGCBL merupakan salah satu upaya Pertamina NRE dalam menangkap peluang untuk ekspansi bisnis di luar negeri.
"Kami mendukung ekspansi Pertamina NRE, sejalan dengan kompetensinya dalam pengelolaan energi baru terbarukan. Sebagai subholding, Pertamina NRE juga menunjukkan komitmennya untuk memperbesar bisnisnya secara mandiri," kata Fadjar.