Bangun Pembangkit Nuklir di RI, Thorcon Bakal Jual Listrik Murah Setara PLTU
PT Thorcon Power Indonesia berencana membangun tujuh pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Indonesia. Perusahaan memastikan bahwa tarif listrik PLTN tersebut akan murah setara dengan yang dihasilkan oleh pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).
Direktur Operasi Thorcon Power, Bob S Effendi, mengatakan tahap pertama perusahaannya akan membangun Thorcon Molten Salt Reactor (TSMR-500) di Pulau Gelasa Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Reaktor nuklir tersebut ditargetkan beroperasi 2031. Investasi SMR tersebut mencapai Rp 17 triliun.
Bob menargetkan konstruksi TSMR-500 akan mulai dilaksanakan di Korea Selatan pada 2026. Setelah selesai masa konstruksi, diharapkan pembangkit tersebut akan tiba di Indonesia pada 2028 dan mulai beroperasi pada 2031.
Dia mengatakan harga listrik yang akan dijual perusahaan ke PT PLN akan setara dengan listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batubara.
“Biaya produksi listrik dari PLTN Thorcon ini setara dengan Batubara yaitu harga jual itu kita targetkan ke PLN sekitar Rp 1.000 rupiah per KWH,” ujar Bob saat ditemui di sela acara HUT Thorcon Power, di Jakarta, Rabu malam (30/10).
Bob mengatakan, terdapat beberapa alasan yang membuat harga listrik yang dihasilkan perusahaan akan setara atau bahkan lebih murah jika dibandingkan dengan PLTU Batubara.
PLTN Diperlukan untuk Kejar Target Netralitas Karbon
Wakil Ketua Komisi XII DPR RI, Sugeng Suparwoto, mengatakan PLTN diperlukan untuk mencapai target net zero emission (NZE) pada 2060. Keyakinan tersebut tak lepas dari proyeksi kebutuhan listrik yang meningkat pesat. Indonesia juga perlu mempertimbangkan sumber energi bersih yang mampu beroperasi secara 24 jam.
"Sudah kita hitung sedemikian rupa. Untuk mencapai net zero emission di 2060 atau lebih cepat, tanpa nuklir, hampir mustahil," ujar Sugeng saat ditemui di acara yang sama.
Mantan Ketua Komisi VII yang sebelumnya membidang energi tersebut mengatakan memaksimalkan potensi energi terbarukan seperti Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) masih belum mampu memenuhi kebutuhan listrik di masa depan. Pasalnya, konsumsi listrik per kapita di Indonesia saat hanya mencapai 1.200 kWh saat ini. Sementara target Dewan Energi Nasional (DEN) adalah 5.000 kWh per kapita pada 2050.
Dengan jumlah penduduk yang diperkirakan mencapai 320 juta, kebutuhan listrik nasional dipastikan akan melonjak. Sugeng mengatakan Indonesia membutuhkan pembangkit listrik berkapasitas besar dan tergolong energi bersih. Nuklir merupakan sumber energi yang bisa menghasilkan listrik yang murah per kapitanya karena bisa menghasilkan listrik 24 jam dalam jangka panjang.
Dia juga menanggapi kekhawatiran sumber daya uranium dan pengelolaan limbah nuklir. Indonesia bisa belajar dari pengalaman negara-negara lain dalam pengelolaan nuklir.
"Sumber daya manusia kita sudah cukup. UGM saja, sudah mendidik kurang lebih 2000 S1 (Sarjana) nuklir. Kita juga punya reaktor yang merupakan reaktor riset, yang itu sama kurang lebih cara kerjanya dengan PLTN, yakni ada Siwabesi di Serpong, ada juga Kartini di Jogja," ucapnya.