Kalbe Farma Susun Peta Jalan Menuju Net Zero Emission

Katadata
PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) menyusun peta jalan menuju Net Zero Emission (nol emisi bersih) sebagai bagian dari komitmen berkelanjutan, salah satunya terkait pilar keberlanjutan (sustainability) dalam ekosistem dan kelestarian lingkungan.
Penulis: Hari Widowati
20/11/2024, 07.02 WIB

PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) menyusun peta jalan menuju Net Zero Emission (nol emisi bersih) sebagai bagian dari komitmen berkelanjutan, salah satunya terkait pilar keberlanjutan (sustainability) dalam ekosistem dan kelestarian lingkungan. Salah satu upaya Kalbe menuju nol emisi bersih adalah menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap di PT Kalbe Morinaga Indonesia, Cikampek.

"Salah satu risiko yang ada di depan mata akibat dari climate change bagi tingkat perusahaan adalah business interruption. Misalnya, lebih sering turun curah hujan dengan intensitas yang tinggi, mengakibatkan lebih banyak bencana banjir," ujar Head of Corporate Sustainability PT Kalbe Farma Tbk Abi Nisaka, dalam keterangan resmi, dikutip Rabu (20/11).

Banjir menjadi risiko yang harus dihadapi perusahaan yang memiliki jaringan distribusi, pergudangan, kantor cabang, pabrik, dan manufaktur. Karena itu, Kalbe sedang menyusun dan mempertajam risiko keberlanjutan terkait perubahan iklim yang dikembangkan dari risiko perusahaan.

"Kalbe juga sedang menyusun environmental roadmap atau peta jalan lingkungan hingga lima tahun ke depan, yang terdiri atas lima inisiatif utama untuk penjagaan lingkungan dan ekosistem," kata Abi.

Proyek PLTS Atap Kalbe akan dikembangkan di masa mendatang. PLTS Atap yang dipasang di Kalbe Nutritionals Site, Pabrik Cikampek diawali dengan kapasitas 40 Kilowatt (KW) kemudian ditingkatkan menjadi sekitar 1,6 Megawatt (MW). Pada 2 Oktober lalu, kapasitas PLTS atap ini ditambah lagi sebesar 1,2 MW.

"Hal yang kami lakukan ini adalah bagian dari rangkaian langkah nyata perusahaan berkontribusi untuk net zero emission menuju energi hijau dan bersih," kata Direktur PT Kalbe Morinaga Indonesia Yudha Agus TB.

Ia mengatakan selama ini industri lebih banyak menggunakan energi fosil, seperti Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG), maupun Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD). Efek negatif penggunaan energi fosil ini adalah emisi yang akan memicu terjadinya efek rumah kaca. Hal ini berimbas langsung pada perubahan iklim yang terjadi secara cepat dan radikal, misalnya musim hujan yang tidak menentu dan cuaca yang terasa semakin panas.

PLTS Jadi Jawaban untuk Kurangi Dampak Perubahan Iklim

Kalbe menilai PLTS menjadi salah satu jawaban untuk mengurangi kondisi tersebut. Penerapan sumber energi terbarukan yang melimpah sekaligus gratis, alami, dan ramah lingkungan akan mengurangi dampak perubahan iklim.

"Energi baru yang terbarukan ini memang penerapannya belum terlalu mature di negara kita. Jadi, perlu langkah yang penuh tekad sekaligus hati-hati, dimulai dari analisis kelayakan, desain sistem, pengajuan izin, bahkan kepada siapa saja diperlukan edukasi pengguna, pemeliharaan rutin, pengujian, serta pemasangannya," kata Yudha. Selanjutnya, manajemen energi harus memanfaatkan kolaborasi dengan melibatkan para pemangku kepentingan.

Berikut ini lima inisiatif Kalbe menuju net zero emission:
1. Meminimalisasi jejak karbon pada rantai distribusi, yakni unit bisnis Kalbe akan menggunakan kendaraan listrik untuk distribusi, mengurangi emisi.
2. Mengoptimalisasi penggunaan bahan baku kemasan produk yang semakin ramah lingkungan.
3. Implementasi green manufacturing sebagai upaya untuk melakukan efisiensi di dalam rekayasa teknis di dalam pabrik.
4. Memperkuat industri dengan cara Kalbe mengukur seberapa jauh komitmen keberlanjutan para vendor.
5. Optimalisasi bauran energi terbarukan, salah satunya menggunakan PLTS Atap.